Pukul setengah enam pagi, Ravellio sibuk membangunkan Ralin yang asik bergelut dengan dunia mimpinya. Entah apa yang semalam gadis itu lakukan hingga membuat dirinya terlambat bangun dihari wisuda nya ini. Dua handphone Ralin pun sudah ia setting sebagai alarmnya, bahkan keduanya seakan beradu untuk membangunkan sang empu.
Namun pergerakannya hanya muncul guna mematikan dan beranjak merajut mimpinya lagi. Membuat sang kakak yang terganggu dan jengah lantas turun langsung untuk membangunkan adiknya.
Setelah sekuat tenaga dibangunkan oleh sang kakak, Ralin lantas bergegas mandi dan mulai memakai perlengkapan untuk wisuda nya. Mulai dari seragam lengkap lalu seperangkat jubah wisuda serta toga yang mirip dengan topi chef— kata Erlang.
Ralin sengaja menggerai rambut hitamnya untuk memudahkan memakai topi tersebut, setelah siap ia lantas turun ke bawah untuk sarapan bersama sang kakak. Tatapan maut pun kembali Ralin dapatkan dari sang kakak, membuatnya tak mau kalah dan balas menatap Ravellio,
"Udah tau ada acara penting tuh tidur cepet, malah begadang. Pake alarm sepuluh juga percuma kalo cuman lo matiin abis itu" cecar Ravellio.
"Iyaaa anjir, sorry" ucap Ralin lalu bergegas memakan sarapannya.
Selesai dengan sarapannya, keduanya langsung bergegas menuju sekolah Ralin. Lalu lintas yang cukup padat, membuat mereka berdua sempat terjebak pada beberapa kali kemacetan. Alunan lagu My Youth dari NCT DREAM menjadi pengiring mereka dalam perjalanan, membuat Ralin sesekali bersenandung.
Setelah hampir tiga puluh menit, sampailah mereka. Karena ramainya wali murid, membuat gadis itu cukup sulit mencari keberadaan teman-temannya. Alhasil Ravellio mengatakan untuk bertemu dengan mereka di dalam aula saja.
Sosok pertama yang Ralin jumpai adalah Jevian, laki-laki duduk di kursinya dengan fokusnya pada handphone. Membuat Ralin lantas menepuk pundak laki-laki itu,
"Eh haii" sapa Jevian.
"Sendirian lo?" tanya Ralin basa-basi.
"Iyaa, dateng sama Bang Lio?"
"Heem, siapa lagi emang" jawab Ralin sambil sesekali matanya menelisik mencari tanda-tanda kehadiran temannya, hingga tiba-tiba laki-laki dihadapannya menyodorkan sebuah buket berisi tujuh bunga tulip merah.
"Hah?" tanya Ralin bingung.
"Buat lo" jawabnya singkat.
"Tiba-tiba?" tanya gadis itu sambil menerima buket tersebut.
"Kan hari ini lo wisuda"
"Tapi lo juga wisuda Jev?!" pekik Ralin, membuat laki-laki itu hanya tertawa kecil.
"Yaa emang"
"Gue gak nyiapin apa-apa Jeviano anjeng"
"Ya udah, kan gue emang pengen ngasih lo aja" ujar Jevian, membuat Ralin sedikit terpaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Unconditionally | Lee Jeno
Fiksi Penggemar"As long as it's with you.. I will love you unconditionally"