8 - Her Punishment

20 2 0
                                    

Jevian dan Ralin sekarang berada di UKS untuk mengobati luka Ralin. Dengan telaten dan sabar Jevian membuka kotak P3K dan mulai mengobati luka gadis itu. Ralin tak banyak bersuara, ia hanya diam sambil menatap dalam-dalam laki-laki yang dulu pernah menjadi kekasihnya ini. Perpisahan mereka memang baik-baik, tapi tak ada yang baik-baik saja dengan adanya perpisahan bukan.

Mereka berdua sama-sama hening, Jevian yang sedang sibuk mengolesi obat merah pada luka Ralin sedangkan gadis itu asik mengamati kegiatan Jevian. Sepertinya rasa perih yang tadinya menjalar di beberapa bagian tubuhnya seolah hilang setelah melihat laki-laki yang ada dihadapannya.

"Kalo sakit tahan ya" ucap Jevian

"Iyaa" jawab Ralin singkat. Hingga setelah kurang lebih sepuluh menit, Jevian selesai mengobati luka Ralin

"Masih perih gak?" tanya Jevian

"Enggak"

"Jangan bohong, gue tau lo paling gak betah sama rasa perih"

"Beneran kok, gak tau nanti. Masih ngilu dikit"

"Ini agak lebam, Lin. Mau ke dokter gak?" tawar Jevian

"Gak, gak ada ya Jev! Jangan aneh-aneh ih, orang cuman ginian" tolak Ralin

"Lo ga inget dulu lo jatoh langsung dibawa ke dokter?"

"Yaa pake diungkit lagi"

"Mau langsung balik ke kelas apa gimana?" tanya Jevian sambil merapikan kotak obatnya

"Aduhh kaki gue mendadak ngilu Jev" ucap Ralin mencari alasan

"Gak usah bikin khawatir kalo gak mau balik, gue juga males. Udah rusak mood gue" respon Jevian sambil mendudukkan dirinya di space kosong bed Ralin

"Sorry, gara-gara gue lo jadi ikut campur"

"Jangan minta maaf, gue gak papa. Justru gue yang harus minta maaf sama lo, gue jadi ikut campur urusan lo sama Derilya?" ucap Jevian agak ragu dengan nama yang ia sebutkan

"Iyaa Derilya, mantannya Nakula. Padahal dulunya dia yang mutusin Nakula dulu, eh malah sekarang kaya ngejar gitu"

"Kok putus? Kenapa emang?"

"Gak paham, Nakula cuman bilang Derilya putusin dia. Katanya Nakula juga udah berusaha minta penjelasan, tapi Derilya cuman bilang bosen aja. Yaudah deh" Ralin menjelaskan

"Alasan dia ngelabrak lo tuh sebenernya apaan sih?" Jevian yang masih dengan rasa ingin tahu nya

"Katanya cemburu gue deket sama Nakula. I mean deket as best friend ya, gue sama anak-anak yang biasa bareng sama gue udah sahabatan dari jaman masih MOS. Kalo sama Carel Berliana waktu SMP pas banget lo pindah, eh mereka juga pindah. Erlang sama Nakula ceesnya Renar dari SMP"

"Gue gak pernah tau Erlang sama Nakula ternyata satu SMP. Kalo sama Malvin?"

"Tumben lo nanya Malvin?" tanya Ralin, ia tak berekspektasi bahwa Jevian akan menanyakan itu

"Ya gapapa, gak usah dijawab kalo gitu"

"Dih ngambek. Malvin temennya Renar, Nakula, sama Erlang. Waktu kelas sepuluh satu kelas, gue kan sama yang cowok waktu itu kelasnya beda. Baru sekelas pas kelas sebelas sampe ini"

"Ohhh" jawab Jevian singkat

"Sialan, gue udah cerita panjang lebar cuman di jawab oh"

"Lo berekspektasi gue jawab gimana?"

"Gak, gak usah gapapa udah" jawab Ralin malas

Sesaat setelah Ralin kembali ke kelasnya, tentu dengan Jevian yang mengantarnya. Sahabat-sahabatnya langsung mengerubungi nya, menanyakan bagaimana kondisi Ralin dan lukanya. Erlang dan Berliana yang saat itu tidak tahu apa yang terjadi pun juga sudah diberitahu oleh yang lainnya. Termasuk soal siapa Jevian dan Ralin.

Unconditionally | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang