36 - Happiness

8 2 0
                                    

Ketika waktu dimana kita berharap agar berjalan lebih lambat, justru malah menjadi sebaliknya. Waktu berlalu begitu cepat, jika menelisik ke belakang banyak kejadian-kejadian yang sudah di lewati, banyak hal-hal yang sudah diperjuangkan. Awal dimana keraguan muncul, namun saat berhasil melewatinya kelegaan luar biasa akhirnya tercipta.

Try out ketiga telah usai satu minggu yang lalu, nilai akumulasi dari semua try out pun sudah keluar. Lagi-lagi Renar memimpin dengan skor paling tinggi di jurusan, lalu yang kedua ada Ralin, dan Jevian menempati posisi ketiga. Sesaat setelah menerima kertas hasil kerja keras nya selama kurang lebih dua bulan, Ralin hanya melirik sekilas. Nilai itu tak akan berpengaruh terhadap apapun di masa depan, kecuali menambah rentetan daftar prestasi Ralin di sekolah tersebut— pikir Ralin.

"Lusa pengumuman SNMPTN, dan seminggu kemudian ujian nasional" monolog Ralin yang duduk seorang diri di kursi taman belakang sekolah

"Why time so fast?" gumamnya lagi. Jika menelisik ke belakang, banyak hal yang sudah gadis itu lewati. Kepindahan Jevian yang tiba-tiba, menjadi pasangan pianis dengan Jevian, keributan dirinya dan laki-laki Arkadinendra itu pun juga ada. Gadis itu tersenyum tipis, mengingat jika masa putih abu-abunya akan segera usai. Atau mungkin sudah usai?

Ia tak akan pernah lagi berebutan dengan Erlang tentang Renar yang harus satu kelompok dengannya, ia tak harus melihat Renar yang galak apabila satu kelompok dengannya, juga ia tak akan pernah bisa mencoba mencuri-curi pandang pada Jevian saat laki-laki itu berada di kelasnya. Ia tak akan pernah bisa melihat keributan di kelas akibat anak-anak kelasnya ataupun sahabat-sahabatnya.

Ia tak akan pernah lagi mengeluh tentang matematika, juga ia tak akan melihat lagi sang ketua kelas yang frustasi akibat memberikan kabar ulangan yang mendadak . Dan juga satu hal lagi yang akan usai adalah kebersamaan teman-temannya bersama Jevian, Cleo, dan Yeski.

"Lin, lo ngapain?" tanya seseorang di belakang Ralin, gadis itu lantas menengok

"Gak papa, pengen duduk disini aja. Lo ngapain disini Jev?" gantian gadis itu bertanya, Jevian lantas menghampiri dan duduk disebelah Ralin

"Gue pengen kesini aja sih, abis pembagian hasil try out" jawab laki-laki itu sambil menunjukkan kertas berisi rentetan angka-angka hasil kerja keras nya

"Lusa pengumuman SNMPTN" ucap Ralin, Jevian mengangguk

"I know" balas Jevian singkat

"Waktu berjalan cepet yaa, masa putih abu-abu kita hampir selesai"

"Semua kan ada masanya Lin, setelah putih abu-abu bakalan ada bangku perkuliahan"

"Yeah, that's true. Gue bersyukur bangettt atas orang-orang di sekitar gue" ucap Ralin tulus, Jevian mengangguk setuju

"Lusa mau liat pengumuman bareng?" tawar Jevian, Ralin berfikir ragu

"Hmm, gue takut gak lolos terus malah nangis"

"Ya gak papa, bagus dong ada yang nemenin" ucap Jevian, Ralin pun langsung mengangguk mantap

"Oke deh kalo gitu, mau dimana?"

"Rumah gue? Nanti gue jemput"

"Okee, kabar-kabar aja" final Ralin. Membuat mereka berdua melanjutkan kegiatan merenung setelah selama hampir dua bulan dihajar habis-habisan oleh ratusan materi pelajaran.

Jum'at pukul setengah sebelas siang, seluruh kegiatan pemadatan murid kelas dua belas Cakrawala Bangsa selesai. Bel pertanda pulang juga sudah berbunyi. Satu persatu siswa mulai berhamburan keluar dari kelasnya. Hari ini adalah pengumuman seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri atau biasanya disebut SNMPTN, berdasarkan peraturan yang berlaku saat itu hanya empat puluh persen siswa terbaik yang bisa lolos dan mengikuti seleksi tersebut dari hasil akreditasi A di sekolah Cakrawala Bangsa.

Unconditionally | Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang