Bismillahirrahmanirrahim
__________~~~__________Rey POV
"Rey,"
Aku yang semula tengah asik mendengarkan alunan ayat suci dari balik handset, tersentak kaget tetiba Alfin menarik paksa handset ku itu. Aku bangun dari acara rebahan, lalu memandangnya sebal. "Kenapa sih, lo, Al?"
"Kinipi sih li, il! Noh, lo dipanggil-panggil dari tadi sama Umi Jihan di depan, tapi kagak nyaut-nyaut." Iyalah kagak nyaut, orang pake handset.
"Ada apaan emang?"
"Taa..."
"Rey, eh dipanggilin juga, kamu..."
"Eh, Umi... assalamualaikum," spontan aku berdiri, memberinya salam berbarengan dengan Alfin yang juga mengucapkan salam.
"Wa'alaikumusalam warahmatullaahi wabarakatuh. Ini loh, Umi mau minta tolong sama kamu. Tolong anterin makanan ini ya, buat Alifia. Kamu masih inget, kan rumahnya?"
Aku mengangguk patuh, "iya masih, umi..."
"Alhamdulillah, tolong ya..." Aku menerimanya. "Terimakasih banyak ya, Rey..."
"Sama-sama, Umi..."
Seperginya umi Jihan, aku melirik pada Alfin. Bukannya dia duluan yang ditemuin umi Jihan, kenapa gak dia aja yang disuruh umi buat anter ini makanan. Kenapa malah aku. Tapi ya sudahlah, ikhlas Rey, ikhlas. Inget pahala.
"Buruan anter gue!"
"Lah, gue gak bisa."
"Lah, kenapa?"
"Lah, gue kan sibuk, Rey!"
"Halah, sibuk tepe-tepe sama santriwati, inget dosa, Fin! Astaghfirullah..."
"Ya udah mana sini kunci motor lo, gue pinjem."
Alfin mendengus, tak urung merogoh kantong. "Nih, pokoknya pulang bensin harus masih full!" Kali ini aku yang mendengus, "kalau Allah ngasih keajaiban buat motor lo."
Singkat cerita, sepulang sekolah tadi Alfin tiba-tiba menyeretku untuk berkunjung ke pondok. Alasannya sangat klise, ingin cuci mata katanya. Berhubung pondok yang ingin dikunjungi adalah milik Abi ku sendiri, aku hanya menurut saja, ditambah lagi aku juga ingin silaturahim dengan pengurus pondok yang kebanyakan kerabat sendiri.
Ya, Abi ku adalah pemilik pondok pesantren Atha'illah. Sebenarnya aku juga ditawarkan untuk mondok saja ketimbang bersekolah di SMA negeri. Tapi alasan lain mengharuskan ku bersekolah di SMA Trimurti.
Tidak membutuhkan waktu lama, aku sampai di depan pekarangan rumah minimalis dan bernuansa putih. Aku turun dari motor bebek milik Alfin, berjalan santai hingga tepat di depan pintu aku sedikit merapihkan penampilanku yang awut-awutan, kemudian mengetuk pintu.
/Tok tok tok... "ASSALAMUALAIKUM..." teriakku, berharap orang rumah mendengarnya.
Terdengar suara derap langkah cepat mulai mendekat dari dalam rumah, aku bernafas lega sekaligus sedikit gelisah. "Huufft... pasti yang buka cewek," ya iyalah cewek, kan anak umi Jihan itu cewek! pikirku tak habis pikir dengan ucapan ku barusan.
/Ceklek!
Eh, kok gak balas salam.
Belum selesai bergelut dengan pikiran, aku terbelalak kala melihat siapa yang membuka pintu itu. Lantas cepat-cepat aku menunduk dan beristighfar. "Astaghfirullah hal'adzim..." ya Allah ampunilah hamba yang telah berzina mata dengan perempuan yang bukan mahram. Astaghfirullah hal'adzim.
Tapi tunggu, dia kan Ayra. Kenapa dia yang buka pintu. Jangan-jangan aku salah rumah lagi... aduh yaa Allah. Namun, setelah ku telisik nomor rumah sekali lagi memang benar. Ini rumah umi Jihan.
"Kenapa, lo?" tanyanya agak nyolot.
"Ini, makanan dari Umi Jihan untuk Alifia." kataku sambil menyodorkan rantang yang di amanah kan oleh umi dengan agak tremor. Ya Allah, kenapa sama tanganku.
Tanpa kuduga, kotak yang ku pegang langsung dia sambar. Baiklah, tak ingin berlarut terlalu lama berduaan dengan lawan jenis yang nantinya akan timbul fitnah, aku bergegas pamit pulang. "Kalau gitu gue permisi, Assalamu'alaikum."
Ayra. Siapa yang tidak kenal dengan cewek trouble maker school yang sempat geger karena terlibat kasus miras dan dipergok oleh OSIS, dan OSIS itu aku sendiri. Tapi dari tingkahnya tadi kenapa seakan dia gak kenal aku, ya. "Akh, apaan si lo, Rey! Kenapa jadi mikirin cewek, istighfar Rey, istighfar, astaghfirullah hal'adzim..." gerutu ku, di sepanjang jalan.
Rey POV end
****
Wkwk... ada yang tahu kenapa si Rey sampe tremor gitu🤣🤣See u next part 🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku di bangku SMA (End)
Teen FictionApa yang terlintas dalam benak ketika mendengar kata "hijrah"? Iya, hijrah. Ini kisah tentang Ayra Khairunniswah Haseena. Gadis SMA yang jauh dari kata taat, dan kini belajar jauh dari maksiat. Memegang teguh niat, untuk meninggalkan kesenangan duni...