« بسم الله الر حمن الر حيم »Beberapa bulan kemudian_
Berbagai macam ujian telah ku lalui. Bahkan mengurus segala hal tentang lanjutan sekolah ke perguruan tinggi pun sudah mulai aku jalani dengan keyakinan dan harapan yang besar. Bukan hanya itu, kabar baik juga datang dari Tessa yang akhirnya sudah bebas dari masa hukumannya. Walaupun pada nyatanya, Tessa akan mengulang masa SMA nya di luar kota, setidaknya untuk beberapa bulan kedepan, sampai kelulusan ku tiba, ia masih ada di Jakarta.
Dan kini, di hadapanku, di mading sekolah aku mencari nama ku, satu demi satu dari sekian banyaknya kertas yang tertulis rentetan nama murid. Karena murid yang terdaftar di SMA Trimurti tidak bisa dibilang sedikit, ada banyak kertas tertempel di sana. Disanalah nama-nama murid tertulis beserta pernyataan hasil jerih payah mereka selama menginjakkan kaki di gedung sekolah ini. Hasil dari proses. Hasil dari kerja keras. Hasil atas ikhtiar dan doa mereka.
Lama aku mencari dari daftar urutan peringkat 100-200. Nihil. Aku beralih ke kertas selanjutnya. Peringkat 60-100. Dan... nihil.
Gerah, sesak dan kesal bercampur menjadi satu. Ditambah lagi dengan mereka yang tak bisa sabaran mencari nama. Mereka berdesakan, mereka mengumpat, mereka berteriak. Dan aku yang pening.
"AY! AYRA, LO PERINGKAT DUA, AY!!"
Aku terbelalak. Segera menghampiri Fia yang berada di depan lembaran kertas paling ujung. Di peringkat 1-50. Aku melihat. Namaku, Ayra Khairunniswah Haseena. Hampir semua mata pelajaran aku mendapatkan nilai 100. Mimpi kah, ini??
"Ini gue?"
"Iya, Ay! Kamu peringkat kedua dari 500 murid di sini! Kamu peringat dua Ay!" ujar Fia dengan semangat luar biasa.
Terdengar bisikan demi bisikan dari mereka yang menyebut namaku, Rey, Fia dan murid lainnya yang nilainya terbilang sangat unggul. Di pandangnya sekali lagi nama ku. Melihat nama di urutan teratas, aku tercengang bukan main. Disana nama REY IBNU ATHA'ILLAH tertera begitu gamblangnya.
Pai 100, bahasa Indonesia 100, matematika wajib 100 dan... subhanallah semuanya 100, kecuali prakarya 99!!
Lalu, aku beralih melihat ke urutan ketiga. Dia tak lain adalah... ALIFIA AINUZAHRA!
"Fi... nilai kita cuma beda setengah doang! Kimia gue 97,5! Lo... 97!"
"Fi..."
"Aku tahu kamu pasti bisa, Ay. Selamat, ya!" Fia memelukku, erat.
Aku balas memeluknya tak kalah erat. "Selamat juga ya, Fi. Aaa seneng banget gue!!"
"AYRA...! LO KEDUA, AY! GOKIL BANGET, ANJIR!" teriak Ghea begitu membahana.
Setelah pelukan ku lepas dari Fia, Ghea memelukku. Aku pun ikut memberinya selamat atas peringat yang ia dapatkan. Lepas dari itu, berlanjut dari Alfin yang berteriak heboh. Lain dari yang lain, ia menyoraki dirinya yang bangga mendapatkan peringkat ke 10.
"HOOO... ITU GUE! NAMA GUE! KE 10!"
"GILAA, NILAI GUUE WOY! NAIK DRASTIS! GAK SIA-SIA GUE BANGUN MALEM AMPE PAGI!"
"Ra, selamat, ya. Hebat banget lo bisa loncat sejauh itu. Nggak nyangka lo cerdasnya bukan maen. Kenapa nggak dari dulu aja lo fokus belajar?" Aku tersenyum menanggapi Yuda.
"Makasih Yud. Lo juga hebat. Ada kemajuan dari sebelumnya."
"Ay, selamat ya." Rey. Mendapati cowok itu mengulas senyum tipis, aku ikut tersenyum simpul. Lain halnya di dalam sini yang sudah melompat girang.
"Selamat juga, ya. Keren banget!" balasku, mengacungkan dua jempol pada Rey.
"Ra, nih. Dateng ya, di party malam nanti." Sebuah card member disodorkan Yuda.
"GUYS! NANTI MALAM JANGAN LUPA DI RUMAH GUE BUAT PARTY! KHUSUS BUAT ANAK IPA! OKEE?"
-
"Hay guys,"
Aku mendongak. Begitupun dengan Ghea, Tessa, Yuda, Morgan dan Reza. Aku lantas bangkit dan menarik tubuh Ayu. Memeluknya begitu erat, menyalurkan rasa rindu yang teramat. Disusul dengan Tessa, lalu Ghea. Kami memeluk satu sama lain. Tidak ada satu katapun yang keluar, melainkan air mata yang berbicara. Bahwa, kami rindu.
"Sorry..." ujar Ayu.
Kami mengurai pelukan. Menghapus jejak air mata dan memandang satu objek. Ayu. Melihatnya masih menitihkan air mata, aku beralih mengusap kedua pipi Ayu. "Jangan nangis, Yu."
"Sorry, Ayra." Aku mengangguk.
"Sorry."
"Iya. Jangan nangis, ya." Lagi-lagi air mata Ayu mengalir, membuatku kembali menghapus air mata itu.
"Yu, lihat deh, kita bawa apa?" ujar Reza, mengangkat sebuah rantang yang cukup besar. Kemudian, Ghea serta Tessa pun ikut mengangkat tangannya yang sama-sama membawa sekresek berlogo Indomaret.
"Gue juga bawa camera yang baru gue beli. Kita abadiin momen langka ini. Kapan lagi kan bisa foto di lapas gini..." celetuk Morgan.
"Sialan!" umpat Ayu lalu terkekeh.
"Tunggu apalagi? Cuss kita makan...!!" teriak Ghea tak tahu tempat. /Bugh! Dipukulnya Ghea oleh Tessa. "Tahu kondisi, dong! Noh..."Matanya melirik pak polisi yang tengah berdiri, memandang kami dengan sikap istirahat di tempat.
"Maaf, pak, maaf..." ucap Ghea akhirnya, walaupun faktanya pak polisi itu tak menyaut barang senyum tipis sekalipun. Nyesek.
Setelah semua makanan telah disiapkan di atas meja, kami lantas segera menyantap hidangan sebelum waktu kunjungan berakhir.
"Eumm... gila, berapa bulan gue gak makan beginian. Nikmat banget, yaa Allah!" Mendengar Ayu menyebut asma Allah, aku terpaku. Seulas senyum akhirnya aku tunjukkan.
Maha membolak-balikkan hati, terimakasih sudah mengetuk hati teman hamba yaa Allah. Semoga, diantara kami, akan terus mengingat-Mu.
"Uhuk! Air! Woy, air!" Entah karena asik melamun, aku sampai lupa bahwa sambal itu pedas, dan aku malah langsung menelan tanpa kunyahan.
Dengan gelagapan, aku meneguk air yang dibantu minum oleh Yuda. Menyadari itu, justru membuatku tersedak air hingga menyembur dari hidung. Untungnya aku langsung beringsut turun dari kursi dan memilih jongkok. "UHUK!" /"Mampus!" /"Shitt!"
"HUU UHUK UHUK..."
"Astaga, Ayra! Pelan, pelan!"
"Minum, minum. Pelan-pelan, Ra..."
Kelar dengan itu, demi apapun gue malu banget. Terlebih dengan polisi yang sedari tadi berdiri dan melihat kemari. Dia mikir apa tentang ku.
"Udah tenang?" Aku mengangguk atas pertanyaan dari Yuda.
"Ppffftt bahahahaha...!! Astaghfirullah, Ay! Muka lo tolong kondisikan!" tawa Morgan yang langsung aku lempar dengan botol bekas.
"Guys! Say cheese...!!"
/Ckrek! 📸
****
TBC
See u next part 🌈
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku di bangku SMA (End)
Teen FictionApa yang terlintas dalam benak ketika mendengar kata "hijrah"? Iya, hijrah. Ini kisah tentang Ayra Khairunniswah Haseena. Gadis SMA yang jauh dari kata taat, dan kini belajar jauh dari maksiat. Memegang teguh niat, untuk meninggalkan kesenangan duni...