Part 28

2.1K 237 14
                                    


« بسم الله الر حمن الر حيم »

Usai menunaikan salat subuh, aku kembali merebahkan tubuh di atas kasur. Hawa sejuk dari AC, ditambah air wudhu yang masih terasa membuatku semakin mengeratkan pelukanku pada guling dan semakin menaikkan selimut hingga sebatas dagu.

Namun, tidak sampai satu menit, aku segera bangkit ketika teringat satu hal. Lepas salat subuh gak boleh tidur!

Karena itu, mau tidak mau aku menyanggah kelopak mataku agar tetap terjaga. Melihat ponsel tergeletak tak berdaya di atas nakas, aku mengambilnya. Menyalakannya setelah semalaman aku matikan. Baru ketika menyala, rentetan chat dari Alifia langsung memenuhi room chat ku.

Alifia

|Ay?

|Maaf ya tadi aku gak ikut antar kamu pulang😔

|Makasih juga udah ikut bantu nyiapin persiapan ini🤗🤗

|Besok malam kamu hadir kan, Ay?

|Kalau mau dateng, bareng aku ya... nanti aku jemput kamu deh🤗🤗

|Ay, nanti malem bakalan hadir kan? Kalau iya, aku jemput kamu ba'da ashar ya...

Ya. Hanya chat dari Alifia dan grup chat lainnya yang aku tak tahu topik apa yang sedang mereka bahas. Tidak ada chat dari Rey. Hanya sekedar... mengucapkan terimakasih karena bantuan ku semalam? Atau mengundang ku nanti malam?

Ah, sudahlah!

/Drrrtt 📩

Aku bergegas melirik ponsel. Namun, nama yang diharapkan, malah muncul nama lain.

Alifia
Online

|Ay, ada ucapan terimakasih dari Rey. Katanya, makasih semalem udah bantu persiapin acara, jangan lupa nanti malem dateng. Gitu katanya:)

Aku menarik sudut bibir kala melihat Rey mengatakan demikian. Tapi... kenapa harus lewat perantara Alifia. Kenapa nggak langsung chat aku saja.

Aku membuang nafas gusar. Lama-lama aku bisa stress mikirin Rey terus. Berharap pada orang yang sama sekali nggak mengharapkan. Menyukai pada seseorang yang belum tentu balas menyukai. Gini amat ya jadi gue!!

Aku terdiam cukup lama. Tak ada niatan aku membalas chat dari Alifia. Lebih tepatnya... malas. Alifia dan Rey. Dua nama itu... ahh!!

Punya hubungan apa mereka??

Punya ikatan apa antara mereka??

... Perjodohan?

/Bugh! Aku memukul kasur tak berdosa ini.

"Jangan bilang mereka udah dijodohin? Mereka, mereka udah tunangan? Mangkanya mereka bisa sedekat itu, pake panggilan mas, aku-kamu-an... HAAAKKHH...!!" Sadar dengan teriakan ku yang bisa saja terdengar oleh ibu, aku membekap mulutku sendiri.

/Bugh! Aku memukul kasur kedua kalinya.

"Ayra! Stop mikirin mereka! Ya Allah... astaghfirullah... astaghfirullah..." Aku beralih mengusap-usap dada hingga berangsur tenang.

Setelah agak tenang, aku membanting ponsel ke atas kasur lalu bangkit, keluar dari kamar. Niat hati ingin membuat susu hangat, langkahku berhenti di depan pintu kamar ibu yang sedikit terbuka dengan lampu yang menyala. Aku yang penasaran, sedikit menyembulkan kepalaku dari balik pintu.

Terlihat disana, ibu tengah memilah beberapa pakaian di dalam lemari. Dan yang membuatku semakin heran, ada koper di atas kasur.

"Bu?" Aku memanggilnya. Berjalan menghampiri ibu.

Hijrahku di bangku SMA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang