السلام عليكم ورحمة الله و بركا تةApa kabar, kalian🤗
Aku nambahin extra part, yaa
Ada penjelasan tentang siapa suami Ayra yang ada di prolog 🤗🤗Happy reading 🌈
-
Berjam-jam aku beserta rekan lain bertarung dengan nyawa pasien di dalam ruang operasi. Memperjuangkan hak kehidupan salah seorang korban penusukan. Hingga akhirnya, atas izin Allah kami berhasil menyelesaikan misi.
Masih dengan setelan scrub quits atau sering juga disebut dengan seragam operasi, aku berjalan menuju ruangan ku dengan sesekali menjawab sapaan para dokter maupun suster yang berlalu-lalang.
Baru sampai di depan pintu ruangan ku, suara aneh terdengar dari dalam sana. Aku mengernyit, heran. Tapi tak urung aku membuka pintu dengan pelan. Gelap.
"Assalamu'alaikum?"
"Maaf, siapa di sana?" Aku meraba dinding, mencari stopkontak. Tidak ada sautan.
/Bugh!
Aku tersentak saat mendengar sebuah buku terjatuh. Tepat saat menemukan apa yang ku cari, aku menekan tombol tersebut dan ruangan pun berubah terang. Dalam sepersekian detik setelah lampu menyala, sebuah teriakan yang nauzubillah terdengar mengejutkan.
"SUPRISE!!"
Aku memejamkan mata seraya memegang dada. Jantungku berdetak abnormal, hampir ingin merosot.
"Astaghfirullah hal'adzim..." gumamku.
"Umiiii... happy birthday, umiii. May Allah will bestow health and happiness upon you."
(Selamat ulang tahun, umiii. Semoga Allah selalu menganugerahkan kesehatan dan kebahagiaan padamu.) ucap anak bungsu ku yang masih berusia 5 tahun. Aquila Atha'illah Rifaya, kerap disapa Qila atau Ila.Putri kecilku tersenyum begitu lebar. Sementara di samping kanannya ada putra sulung ku yang berumur 7 tahun. Abqary Syahraz Atha'illah. Dan di sebelah kirinya, berdiri sang pujaan hati (azek_-) seraya memegang sebuah kue ulang tahun dengan hiasan indah. Siapa lagi kalau bukan Rey Ibnu Atha'illah.
Ya, di tanggal 22 bulan 2 Rey datang beserta kedua orang tuanya ke kediaman keluarga ku dengan maksud mengkhitbahku. Dan di tanggal 3 bulan 3, janji suci terucap dari mulut Rey. Rey mempersunting disaat umurku menginjak 20 tahun.
Aku melepas scrub quits yang terdapat bercak darah, lalu menggantungkannya. Aku menghampiri mereka yang masih mempertahankan senyum lebarnya, terkecuali bang Araz. Ia hanya menunjukkan senyum simpul, namun tersirat kebahagiaan tertuju padaku.
"Thank you so much, Ila..."
"Barakallah fi'i umrik, umi." ucap bang Araz. Aku beralih mencium pipi putraku lamat-lamat. "Syukron katsiran, bang."
Setelahnya, aku membalas senyuman manis suamiku. Mencium punggung tangannya dan di balas olehnya mencium keningku dengan khusyuk.
"Selamat hari lahir yang ke 27, zaujati. Habis ini aku akan mengucapkan terimakasih kepada ibu karena sudah melahirkan sosok wanita hebat seperti mu. Wanita yang menerimaku menjadi pendamping hidupmu sampai saat ini. Anna uhibuki fillah, habibati."
"Terimakasih Abi, aku wanita terberuntung mendapatkan suami sepertimu."
"Aku yang beruntung memilikimu, sayang." Setelah mengucapkan kalimat itu, ia kembali mencium keningku, kedua pipiku, hidung lalu mengecup bibir singkat tanpa rasa canggung. Bahkan di depan anak-anak. Dasar suami.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku di bangku SMA (End)
Teen FictionApa yang terlintas dalam benak ketika mendengar kata "hijrah"? Iya, hijrah. Ini kisah tentang Ayra Khairunniswah Haseena. Gadis SMA yang jauh dari kata taat, dan kini belajar jauh dari maksiat. Memegang teguh niat, untuk meninggalkan kesenangan duni...