« بسم الله الر حمن الر حيم »
"Ayra, inget ya, sebelum Alil datang, kamu gak boleh keluar dari villa." kata ibu, untuk kesekian kalinya.
Aku yang tengah mengoles selai coklat ke atas roti, mengangguk. "Iya, bu. Tapi kenapa sih yang jagain aku harus cowok?"
"Alil itu anaknya mang Dimar, orang yang selama ini jagain villa, Ay. Nah, berhubung mang Dimar lagi ada urusan di luar kota, jadi yang jaga kamu Alil. Ya udah, ya. Ibu berangkat sekarang aja. Jangan kemana-mana." /Cup! "Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumusalam, hati-hati, bu...."
Seperginya ibu, aku beranjak dari meja makan ke sebuah jendela yang sengaja di buka. Udara Bandung di pagi hari memanglah yang terbaik, apalagi ditambah dengan pesona alam yang tersaji di depan mata. Membuatku merasa begitu dekat dengan alam.
Tak lama dari itu, aku mendengar sebuah ketukan pintu disertai salam. Aku menjawabnya dan membuka pintu. Aku cukup terkejut bahwa siapa yang datang di pagi buta begini.
Dengan setelan seragam lengkap dengan tas dan kacamata yang bertengger manis di hidungnya, cowok itu tersenyum padaku. Ia menjulurkan tangannya dan langsung aku sambut dengan gerakan salam tanpa sentuhan tangan.
Lantas ia langsung meralatnya dan mengikuti peragaanku. "Punten, ya. Aku teh, Alil. Anaknya mang Dimar yang biasanya jaga villa ini. Teteh teh, teh Ayra bukan?"
Teteh teh, teh??
Aku hampir meledakkan tawa karena hal receh itu.
"Iya. " balasku.
"Lo... mau sekolah?" sambung dariku, bertanya.
Dia mengangguk. "Iya. Aku teh kesini mau minta izin dulu. Nggak bisa jaga teteh sekarang, karena harus sekolah. Tapi nggak lama, kok. Jam 2 aku pulang."
Nggak lama matamu!
"Tapi... gapapa apa nggak teh?"
Aku mengangguk. Mau gimana lagi. Tadinya sih mau keliling perkebunan, tapi karena Alil mau sekolah, dan aku yang gak mungkin melanggar janji dengan ibu. Aku harus mengiyakannya.
"Tapi aku janji, teh. Sepulang dari sekolah, aku bakal ikutin kemanapun yang teteh mau. Mau jalan-jalan, hayu! Mau keliling perkebunan, hayu! Tapi teh... sekarang aku mau ke sekolah dulu ya."
Aku mengangguk lagi. "Iya, santai aja..."
"Hatur nuhun, teh-" /"Tapi! Satu permintaan gue,"
"Apa itu?"
"Jangan panggil gue teteh. Panggil Ayra aja."
Alil mengangguk. "Muhun, Ay. Saya pamit, ya. Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumusalam."
-
Setelah menghabiskan waktu berjam-jam di dalam villa tanpa melakukan apapun. Kini, akhirnya aku bisa terbebas dari villa itu. Di tengah-tengah perkebunan teh, Alil mengajakku berkeliling. Bukan hanya itu, ia yang ternyata suka dengan guyonan membuatku lelah tertawa.
"Udah atuh Ay, ketawanya. Bisa-bisa aku diintrogasi sama warga sini."
Aku menghentikan tawaku. "Kok gitu?"
"Iya atuh, karena nanti aku dikira nyuri tuan putri dari kayangan. Soalnya, Ayra teh kalau ketawa bisa mengalahkan cantiknya bidadari."
Aku menyemburkan tawa ku lagi. Apa dia bilang?
"Udah, ah! Jangan so so an gombalin gue! Gue gak bakal baper, tahu!"
"Aku teh gak gombal atuh, Ay. Cuma menyuarakan isi hati."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku di bangku SMA (End)
Teen FictionApa yang terlintas dalam benak ketika mendengar kata "hijrah"? Iya, hijrah. Ini kisah tentang Ayra Khairunniswah Haseena. Gadis SMA yang jauh dari kata taat, dan kini belajar jauh dari maksiat. Memegang teguh niat, untuk meninggalkan kesenangan duni...