Bismillahirrahmanirrahim
__________~~~__________"Itu artinya lo gak tulus, Ay. Kita. Putus."
Lo gak tulus!
Gak tulus!!
Aku menghela nafas berat ketika kembali mengingat itu. "Udah ya, Ay... jangan pikirin itu lagi. Keputusan kamu itu udah bener banget. Aku yakin, Allah pasti mengganti apa yang hilang demi kebaikan dengan seseorang yang jauh lebih baik."
Aku mengangguk sebagai respons singkat. "Ayra, dua hari lagi kan puasa. Kamu mau ikut gak buat acara penyambutan bulan suci ramadhan?"
"Ngapain?"
"Nyambut, Ay, nyambut..."
"Iya gue tahu. Maksudnya, nyambut gimana? Bilang 'SELAMAT DATANG BULAN RAMADHAN' gitu?"
Kulihat mimik Alifia berubah dalam sekejap. "Apa?"
"Bukan gitu!! Maksudnya kita tuh bikin acara penyambutan kaya pawai gitu, nanti bakal ada obrok-obrok, terus peserta yang ikut juga bakal dikasih spanduk atau nggak dekorasi unik yang bertema ramadhan. Terus di bawa keliling kampung, gitu. Ah, pasti seru banget!"
Aku berkerut bingung. "Dimana? Terus, perlu banget ya nyambut bulan ramadhan? Bukannya sama aja kaya bulan-bulan lain?"
"Di kampung kita, Ay. Terus, satu hal yang kamu harus tahu, bulan ramadhan itu bulan istimewa. Bulan kebaikan dari seribu bulan. Bulan yang penuh berkah. Bulan ampunan. Di bulan ramadhan, pintu neraka akan ditutup dan pintu surga akan dibuka selebar-lebarnya."
"Di bulan ramadhan jugalah Al-Qur'an pertama kali turun dari malaikat Jibril pada nabi Muhammad ﷺ. Beliau juga pernah bersabda dalam hadits shahih "Barang siapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala, maka diampuni baginya dosa-dosa yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)."
"Ada lagi nih, setiap amalan yang dilakukan anak Adam akan dilipatgandakan, tindakan yang baik akan dilipatgadakan pahalanya hingga 700 kali lipat. Allah SWT berfirman: Dengan syarat berpuasa yang dilakukan karena Aku (Allah) maka Aku akan memberinya pahala. Karena mereka meninggalkan keinginannya demi Aku." (HR. Muslim)
"Coba, siapa yang gak tergiur sama pahala yang Allah SWT. lipat gandakan? Sekarang kamu ngerti kan, betapa berartinya bulan ramadhan bagi umat muslim?" jelas Fia panjang lebar disertai nada suara yang menggebu-gebu itu.
"Tahu gitu gue putusin Yuda pas bulan ramadhan aja, biar pahalanya berlipat ganda." gumamku.
"Apa, Ay?"
"Hah, nggak, itu... termasuk orang yang bertaubat, akan diterima taubatnya segede apapun dosanya apa gimana?" tanyaku, semakin penasaran dengan luar biasanya bulan ramadhan.
"Of course! Sebenarnya, taubat itu gak harus menunggu bulan ramadhan, Ay. Kamu taubat sekarang aja Allah pasti terima. Asalkan, kamu harus benar-benar meninggalkan perbuatan yang lalu. Mau tahu seberapa baik Allah, sampai bikin aku takjub gak, Ay?"
"Apa?"
"Allah berfirman dalam hadits qudsi: seandainya dosa-dosa hambaKu memenuhi langit dan bumi, kemudian dia datang meminta ampun kepadaKu dengan kalimat Rabbi dzalam tunafsi faghfirli, maka Aku akan mengampuni dosa-dosanya itu semua tanpa tersisa. Dan Aku tidak peduli sebanyak apapun dosa itu."
Dalam sekejap, bulu-bulu halus berdiri mendengar betapa maha baiknya Allah SWT.. Terjawab sudah pertanyaan yang sedari dulu kutanyakan. Kenapa Allah masih begitu baik pada hamba-Nya yang jelas-jelas sangat ingkar dengan-Nya. Ya Allah... ampunilah hamba yang penuh dosa ini. Astaghfirullah hal'adzim....
"Fi... ajarin gue taubat, ya?"
-
Rey POV
"Billahi taufik wal hidayah, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..."
"Wa'alaikumusalam warahmatullaahi wabarakatuh," balasku, serentak dengan jama'ah lain.
Aku tak menyangka jika Abi lah yang menjadi khotbah Jumat kali ini di masjid al-qaromah, masjid satu-satunya yang ada di komplek perumahan ku. Ya, berhubung sekolah dipulangkan lebih cepat karena guru-guru yang tengah rapat untuk membicarakan hasil ulangan semester, aku memutuskan untuk shalat Jum'at berjamaah di masjid al-qaromah saja.
"Abi," sapaku, mencium tangan Abi ketika kami sudah berada di halaman depan.
"Rey, kamu sudah pulang?"
"Udah Abi, pulang di percepat karena guru-guru lagi rapat. Abi sendiri, gak ngajar di pesantren?"
"Abi ngajar, tapi pulang dari sana langsung kesini-"
"Assalamu'alaikum, kiyai Fa'an..."
"Wa'alaikumusalam warahmatullaahi wabarakatuh," balasku dengan Abi, sembari menoleh.
Aku ikut tersenyum padanya, lalu mencium tangan pria yang sebaya dengan Abi.
"Maa syaa Allah, kita ketemu lagi, kiyai... gimana kabarnya, sehat?"
"Alhamdulillah, gimana kabarmu dan keluarga, Haris? Ngomong-ngomong, pake sebutan biasa aja, Ris. Saya jadi kelihatan mencoloknya, gak enak."
"Hahaha, Alhamdulillah saya dan keluarga semuanya sehat. Oh, kalau ada waktu... gimana kalau mampir di rumah saya? Sekalian silaturahim dan makan siang, udah lama juga, kan gak ngobrol-ngobrol."
"Kalau nggak merepotkan si gak masalah, iya, kan Rey. Umi kamu juga kan belum pulang dari pesantren, otomatis di rumah gak ada makanan."
"Abi... jangan terlalu jujur kenapa sih," gerutuku tak enak dengan teman Abi.
"Hahaha... udah biasa aja, Rey. Dia teman seperjuangan Abi waktu SMA dulu, ya 11 12 lah kaya kamu sama si Alfin. Nah Ris, ini putra ku, Rey."
Aku membungkuk sedikit sebagai sapaan. "Masyaallah, shalih banget kaya kamu, An."
"Terimakasih om. Saya gak akan terlihat baik kecuali Allah menutup segala aib saya." Om Haris mengangguk, lalu mengajak kami ke rumahnya yang ternyata tak jauh dari rumah umi Jihan.
Setelah menyantap hidangan makan siang dari keluarga om Haris, kami berbincang di halaman depan rumahnya. Satu hal yang sebenarnya berkecamuk, apa om Haris tidak punya anak?
Tak berselang lama, suara derap langkah mulai mendekat. Melihat siapa gerangan yang datang, jantungku kembali berdetak abnormal. Kenapa Ayra ada disini? Ya Allah, ada apa dengan perasaan ku.
"Assalamu'alaikum,"
"Wa'alaikumusalam warahmatullaahi wabarakatuh,"
Aku yang setengah menunduk demi menghindari kontak mata dengannya, masih dapat kulihat dari tatapan Ayra yang menuju kemari. Hal itu sontak membuatku sedikit salah tingkah.
"Aku masuk dulu ya, yah... permisi."
"Itu putri kamu, Ris?"
"/Huufff... iya, dia putri semata wayangku. Tapi ya gitulah, An. Tingkahnya itu sering bikin saya hilang kontrol."
Ya Allah... kebetulan macam apa lagi ini.
Rey POV
****
Nah, loh! Kenapa sama Rey 🤭
Btw si Ayra udah mulai berani menjauhi maksiat sampai putus dari Yuda...
Gimana ya sama Yuda...See u next part 🙌
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku di bangku SMA (End)
Teen FictionApa yang terlintas dalam benak ketika mendengar kata "hijrah"? Iya, hijrah. Ini kisah tentang Ayra Khairunniswah Haseena. Gadis SMA yang jauh dari kata taat, dan kini belajar jauh dari maksiat. Memegang teguh niat, untuk meninggalkan kesenangan duni...