Part 23

2.2K 250 0
                                    

« بسم الله الر حمن الر حيم »

⚠️ (Part sedikit panjang)

Rey POV

"Iya, itu adalah Ayu. Tapi karena pak Ali, Alfin dan Rey masih belum memiliki cukup banyak bukti, jadilah mereka mencari bukti lain. Dan akhirnya, Rey mendapatkan bukti lain saat ia tak sengaja melihat Ayu di sebuah minimarket lalu mengikuti Ayu sampai ke sebuah club malam."

Flashback

Senin malam, aku yang semula hendak pergi ke rumah Alfin mendadak banting setir kala melihat Ayu keluar dari sebuah minimarket bersama dengan Tessa. Aku sangat bersyukur karena malam ini aku meminjam mobil Abi, hingga Ayu maupun Tessa tidak bisa melihatku atau mencurigai ku karena mengikutinya dari belakang.

Hingga di sebuah club malam, mobil sedan hitam itu berhenti. Aku pun ikut berhenti. Saat mereka mulai masuk, aku mulai gundah. Apakah aku harus ikut masuk, atau putar balik dari sini. Tapi aku gak mungkin balik lagi, nanggung, kan, siapa tahu dengan begini, aku mendapatkan bukti kalau Ayu adalah dalang di balik penusukan almarhum om Haris.

Setelah mengumpulkan tekat, aku keluar dari mobil dan mulai memasuki club malam yang tak pernah sekalipun aku pijaki. Dan satu lagi keberuntunganku malam ini adalah, aku memakai hoodie hitam, topi hitam dan membawa masker.

Ya Allah, ampunilah aku karena sudah menginjakkan kaki ini ke sebuah tempat terlaknat.

Dentuman keras langsung saja menyambut indra pendengaran ku. Aku mengedarkan pandanganku ke segala arah, mencari keberadaan Ayu serta Tessa. Tapi bukannya menemukan mereka, justru yang ku temui adalah wanita-wanita yang berpakaian tak senonoh dan bertingkah layaknya wanita tak memiliki moral. Aku beristighfar ribuan kali, tiap kali mataku melihat hal yang tak sepantasnya aku lihat.

Semakin lama aku mencari, semakin banyak pula dosa-dosa yang terkumpul. Niat hati ingin pergi dari sini, pandanganku tiba-tiba tertuju pada sebuah meja yang letaknya dekat dengan bartender minuman. Aku tersenyum senang, mendapati Ayu dan Tessa duduk di sana.

Aku melangkah, menipiskan jarakku dari mereka. Duduk di salah satu bangku kosong yang jaraknya tak terpaut jauh. Bisa aku lihat, Ayu terlihat gelisah dan hampir ingin menangis. Tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, aku langsung merekam aktivitas mereka, termasuk omongan yang mereka bicarakan.

"Duh, gimana nih, Tess... bisa-bisa duit gue habis karena si anj* itu!" Ayu menggeram seraya meremas rambutnya sendiri.

Tessa yang iba, lantas membalas. "Mereka meres lo lagi??"

"Iya!! Bahkan tadi di sekolah, si Jordan sialan itu telfon gue buat minta 2jt. Kalau nggak, mereka bakal bongkar semuanya. Ayra bisa tahu, kalau dalang perampokan sampe bokap dia meninggal itu gue...!! gimana ini, Teess?? Gue harus gimana, sekarang?!"

Tuh, kan!!

Jadi dugaan itu bener. Ayu ada sangkut pautnya dengan insiden penusukan almarhum om Haris. Teman dekat Ayra sendiri. Aku nggak habis pikir dengan pola pikir Ayu yang sangat keterlaluan itu. Aku bahkan nggak bisa bayangin gimana reaksi Ayra ketika tahu semua ini.

Flashback off

"Ini bukti rekaman Vidio sewaktu di club malam, Ay." Aku menyerahkan ponsel ku pada Ayra.

Ia menerimanya. Memandang Ayu sejenak sebelum akhirnya memencet tombol play.

Ada gurat terkejut bercampur marah dari raut wajah Ayra. Setelah Vidio mati, Ayra tak lagi mendongak. Ia bergumam dengan nada terluka. "Kenapa lo setega itu, Yu?"

Hijrahku di bangku SMA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang