« بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ »
° ° °
Ketika sebuah lantunan ayat suci terdengar begitu sopannya masuk ke gendang telinga, seketika itu pula kesadaran ku kembali ke dunia. Aku sedikit memijit pelipis, sebelum akhirnya menoleh dimana sumber suara itu berasal.
وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۙ
فَسَلٰمٌ لَّكَ مِنْ اَصْحٰبِ الْيَمِيْنِۗ
Artinya: Dan adapun jika dia termasuk golongan kanan, "Salam bagimu (wahai) dari golongan kanan!" (sambut malaikat). (Q.S. Al-Waqi'ah: 90-91)
Tanpa sadar, aku menitihkan air mata mendengar betapa merdu nan fasihnya lantunan ayat suci yang dibaca oleh Fia. Bersimpuh di atas sajadah sembari memangku sebuah Al-Qur'an. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku membaca kitab suci tersebut.
وَاَمَّآ اِنْ كَانَ مِنَ الْمُكَذِّبِيْنَ الضَّاۤلِّيْنَۙ
فَنُزُلٌ مِّنْ حَمِيْمٍۙ
وَّتَصْلِيَةُ جَحِيْمٍ
Artinya: Dan adapun jika dia termasuk golongan orang yang mendustakan dan sesat, maka dia disambut siraman air yang mendidih, dan dibakar di dalam neraka. (Q.S. Al-Waqi'ah: 92-94)
Ya Allah, betapa pendosanya aku telah lalai dengan ibadah. Aku malu. Terlalu banyak dosa yang berlumuran di dalam tubuhku. Terlalu jauh aku berlari, hingga lupa jalan pulang. Terlalu jauh aku melupakan Mu, yaa Allah. Lantas, masih pantaskah aku disebut hamba Allah. Masih pantaskah aku disebut umat nabi ﷺ.
Pantaskah aku berada disini? Berada dekat dengan makhluk yang sangat taat denganmu sementara aku sangat dekat dengan maksiat.
صَدَقَ اللهُ اْلعَظِيْمُ
"Maha benarlah Allah yang maha agung."Aku buru-buru menghapus jejak basah di pipi, dan kembali menutup mata dengan tenang. Lebih tepatnya, mencoba tenang.
"Ayra..."
"Ayra, ayo bangun... subuh dulu."
Aku membuka mata, bak orang baru bangun tidur. "Apa, sih? Gue ngantuk."
"Sebentar aja, cuma dua rakaat."
"Lo tahu, gue semalem abis ngapain. Baju gue bau, Fi." kataku, menahan sesak yang kembali muncul.
"Ya udah, kamu mandi dulu aja. Biar segeran juga." katanya lagi, semakin gencar.
"Ck, aah... jam berapa sekarang, mandi sekarang tuh dingin banget tau..."
Bukannya mengalah, dia justru berdiri dan menyibak selimut yang tengah ku gelungi.
"Di kamar mandi aku ada kok, air hangatnya. Mau aku siapin?"
"Gue gak bawa baju gantinya!"
"Bajuku gak cuma satu, Ayra. Jadi kamu bisa pakai. Ya walaupun gak sama yang kamu pakai sekarang."
"Duh... males banget gue. Gue tuh ngantuk. Mau tidur. Bawel deh, lo." sungut ku, menarik lagi selimut tadi, hingga menutupi seluruh tubuhku.
"Salat itu kewajiban, Ayra."
Hening.
"Ayra,"
Entah bisikan dari mana, aku memilih membungkam mulutku, juga enggan beranjak dari kasur. Walau sebenarnya, jauh di dalam lubuk hati, aku sangat ingin salat. Tapi bisikan lain menyuruhku diam ditempat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku di bangku SMA (End)
Teen FictionApa yang terlintas dalam benak ketika mendengar kata "hijrah"? Iya, hijrah. Ini kisah tentang Ayra Khairunniswah Haseena. Gadis SMA yang jauh dari kata taat, dan kini belajar jauh dari maksiat. Memegang teguh niat, untuk meninggalkan kesenangan duni...