Bismillahirrahmanirrahim
__________~~~__________Rey POV
Sepulang sekolah tadi, aku mendapat pesan dari Abi untuk segera datang ke pondok pesantren. Katanya aku diminta untuk mengisi tausiyah sore menjelang Maghrib disana. Ya, aku memang sudah langganan bolak-balik ke pesantren layaknya rumahku sendiri, bahkan aku sering kali ikut Abi dan Umi menginap disana ketika menjelang hari besar. Dan pada akhirnya aku harus bangun pagi lebih cepat untuk pergi sekolah, karena jarak pesantren Atha'illah dengan sekolah cukup memakan waktu satu jam, itupun jika jalanan masih lenggang.
"Gus Rey, afwan... cuma mau kasih tahu kalau tempat tausiyah nya di mesjid kata kiyai Fa'an."
Aku menoleh, dan mengangguk sebagai jawaban. "Terimakasih Za, nanti saya kesana. Kamu bisa ajak temen-temen yang lain sekarang."
"Iya, Gus. Permisi Assalamu'alaikum..."
"Wa'alaikumusalam warahmatullaahi wabarakatuh."
Gus. Sebutan itu bagai perangko yang sudah melekat di depan namaku. Dalam bahasa Jawa, Gus memiliki arti bagus, tampan atau pandai. Biasanya juga gelar 'gus' disematkan untuk anak dari para kiyai, ustadz dan para ulama lainnya. Ya, begitulah kira-kira.
Setelah merasa siap dengan bahan untuk tausiyah nanti telah matang, aku mulai menuju masjid Atha'illah yang berada di tengah-tengah kawasan pondok.
"Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Wa'alaikumusalam warahmatullaahi wabarakatuh~"
Satu hal yang menarik dari santriwan-santriwati disini ketika aku datang. Mereka selalu bersemangat dengan gurat wajah berseri tapi ada juga yang selalu muram. Aku tahu, mereka yang berseri karena keburukan ku yang tidak Allah tampakkan pada mereka, dan yang muram karena mereka selalu kena sasaran ketika aku sedikit menyinggung sikap mereka.
"Baiklah temen-temen, saya minta maaf jika kehadiran saya di tausiyah sore kali ini mungkin membuat hati kalian tidak nyaman. Sebenarnya saya juga baru dikasih tahu sama kiyai Fa'an, bahwasanya saya yang akan mengisi tausiyah. Boleh saya tahu, apa kehadiran saya membuat kalian risih?"
*TIDAAAAK...
Aku cukup terkejut karena teriakan tiba-tiba itu, tapi tak urung aku senang karena jawaban mereka.
"Ahahaha, terimakasih banyak atas jawaban yang sangat excited nya. Oke, kita masuk ke tema. Tema yang saya bawa kali ini adalah... 'Maraknya Fitnah Dunia yang dianggap Biasa'."
"Bismillahirrahmanirrahim..."
"Gini ya temen-temen, kita pake bahasa biasa saja. Jadi, menurut pribadi saya yang sekolah di lingkungan luar itu... astaghfirullah hal'adzim berat banget! Serius! Mulai dari temen-temen, sampe guru itu... behh, beda banget sama yang disini. Bedanya gimana? Yang pertama, dari kebiasaan ngomong. Dari pertama saya masuk gerbang sekolah, ya temen-temen... telinga saya langsung gak suci."
Mereka tertawa. Tunggu, ini belum masuk ke sesi guyonan. Ya sudahlah, memang humor orang beda-beda.
"Mulai dari ngumpati orang, gibahin orang, maki-maki orang. Kalau disini... ngomong -maaf- 'anjir! Langsung tuh, tuh orang tadi yang ngomong langsung kena gampar. Bener, gak?"
*BENEEER...
"Itu dia... ujian saya ya salah satunya itu, gak terjerumus pergaulan seperti mereka. Apa yang saya lakuin ketika denger mereka ngomong itu... Astaghfirullah hal'adzim... Kalau dihitung, saya istighfar bisa lebih dari 10 kali lipat dibanding kalau saya tinggal disini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku di bangku SMA (End)
Teen FictionApa yang terlintas dalam benak ketika mendengar kata "hijrah"? Iya, hijrah. Ini kisah tentang Ayra Khairunniswah Haseena. Gadis SMA yang jauh dari kata taat, dan kini belajar jauh dari maksiat. Memegang teguh niat, untuk meninggalkan kesenangan duni...