Part 16

2.2K 238 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim
__________~~~__________

Sudah genap satu bulan lamanya aku merasakan libur semester. Rasanya satu bulan seperti satu tahun bagiku, ditambah lagi dengan ilmu yang kudapatkan selama bulan puasa. Berbeda dengan ramadhan yang pernah ku lalui, ramadhan kali ini adalah ramadhan yang paling berkesan sepanjang sejarah. Tak terkecuali dengan insiden itu, kali ini aku sudah benar-benar mengikhlaskan kepergian almarhum. Semoga beliau selalu bahagia di sana. Dan semoga si pelaku cepat diberi keadilan.

Dan kini, aku akan segera merasakan duduk di bangku sekolah lagi dalam beberapa menit ke depan. Aku mengulas senyum di depan cermin. Dengan rok abu-abu yang menjuntai hingga di bawah tumit serta kemeja yang tak lagi pendek dan ketat, aku sedikit merapihkan ujung jilbab yang sedikit miring, lalu meniupnya beberapa kali agar berdiri tegak.

"Pokoknya, gue nggak akan menyia-nyiakan satu tahun terakhir ini sebelum gue benar-benar akan meninggalkan masa putih abu-abu ini!"

Setelah dirasa cukup, aku menyambar tas kemudian keluar dari kamar. Sejujurnya aku merasa takut, bagaimana dengan respons teman-temanku nanti. Apa mereka masih menerimaku, atau malah menjauhiku. Apapun itu, semoga Allah selalu melindungi ku.

"Morning, bu..."

"Hay, morning juga, sayang..."

Setibanya aku di dapur, aku duduk di kursi sembari memperhatikan ibu yang tengah berkutat dengan wajan. "Ibu kerja?" tanyaku, saat melihat pakaian yang ibu kenakan seperti orang-orang kantoran.

"Iya, mulai hari ini ibu yang akan menggantikan posisi alm. ayah. Walaupun kualitas ibu gak setara sama alm. ayah, tapi do'akan aja, semoga ibu bisa mimpin mereka dan memajukan perusahaan kita."

"Aamiin," balasku, menerima sepiring nasgor kesukaanku.

-

Tarik nafas, buang, tarik nafas, buang. Ya, setidaknya itu yang kulakukan agar sedikit merilekskan pikiran buruk yang terus berkecamuk. Setelah turun dari angkot, aku mulai memasuki gerbang sekolah dengan perasaan gado-gado, alias campur aduk dan gak karuan. Ditambah lagi dengan seluruh pasang mata yang terus memperhatikan ku dari ujung kaki hingga ujung kepala. Ya Allah... aku mau pulang aja.

Dan benar saja, tepat setelah mendapati bahwa aku kembali dipersatukan dengan ketiga temanku, XII MIPA 3, mereka bertiga langsung mencegat langkahku. Jantungku berdebar bukan main. Mereka tampak menunjukkan reaksi yang berbeda-beda. Ghea dengan wajah syoknya, Ayu yang diam dengan raut datar dan Tessa yang menarik sudut bibirnya seraya bersedekap dada.

"OMG, OMG, OMG! Ini beneran elo, Ayra?!" tanya Ghea dengan raut takjub. Tangannya bahkan tak henti-hentinya memutar-mutar tubuhku yang tertutup ini.

Sontak dengusan datang dari Tessa. Mimiknya tak berubah sedari awal, menatapku sinis. "Caper banget, sih, lo? Ngapain coba pake pakean nora' kaya gini?!" tandasnya, menyentak jilbabku pelan. "Biar apa? Biar viral? Hah?" Ia terkekeh geli. Tapi aku sama sekali tak mengerti. Disaat Ayu dan Ghea ku tatap untuk meminta penjelasan, keduanya justru tetap bungkam.

"Percuma, lah, Ra! Percuma lo ganti style lo jadi so alim gini, tapi hati lo tetep aja busuk!" hina Tessa.

Busuk. Kata itu rupanya berhasil membuat telingaku memanas. Terlebih lagi, Tessa yang notabenenya selalu berada di pihakku, kini justru menghinaku di depan anak-anak. Aku diam. Masih ingin tahu apa selanjutnya.

Hijrahku di bangku SMA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang