« بسم الله الر حمن الر حيم »Di UKS, aku sudah menjelaskan semua ke salah pemahamanku pada Yuda. Awalnya lelaki itu marah, mengira aku berbohong, tapi lihat akhirnya... dengan pasrahnya Yuda mengompres semua memar di wajah Rey. Itu sebagai hukumanku pada Yuda yang main hajar orang saja. Yuda. Karena cowok itu aku sekarang gak berani menunjukkan muka mulus nan cantik ini ke hadapan Rey maupun Fia.
/"Akh! Astaghfirullah hal'adzim, yaa Allah..."
"Apa, sih, lo! Lebay banget, anj*!"
Aku memejamkan mata, menahan kesal pada Yuda. Inginnya... Yuda aku buang saja ke Laut Malaka atau sungai Amazon. Tapi karena jauh, aku berdoa saja semoga Yuda tersandung pembatas rooftop. Hffftt.
"Ay, kita keluar aja, yu?" ajak Fia. Aku menoleh padanya dengan anggukan, lalu bangkit.
"Yuda! Obatin Rey sampai selesai!"
Lantas orang yang ku panggil menoleh, "iya, iya! Pangeran lo, aman sama gue!"
Aku mendelik tajam.
-
"Fi, gue minta maaf." ucapku, di tengah aku serta Fia menyusuri koridor.
"Ah... gapapa, Ay. Aku juga salah. Aku minta maaf, ya."
Aku mengulas senyum tipis. "Lo tahu nggak, Fi. Rasanya kaya udah lama banget gue gak damai sentosa gini. Gue tuh udah berkali-kali nyangkal pikiran tentang lo, Rey. Tapi semuanya kaya gak mau hilang dari pikiran gue. Lo, atau Rey itu selalu hadir tanpa kehendak gue. Susah."
"Kamu... suka ya sama Rey?"
Spontan aku menoleh dan mendapati Fia tersenyum manis. Karena salah tingkah, aku membuang muka. Kemanapun asal bisa terhindar dari kontak mata Fia. "Apa sih, lo-"
"Ayra, tunggu!"
Langkahku berhenti kala mendengar seruan pak Ali dari belakang. Aku maupun Alifia balik badan. Melihat beliau berjalan kemari, hatiku mulai ketar-ketir. Tahu tujuannya memanggil itu, apa lagi kalau bukan hukuman setelah aku membolos satu pelajaran penuh.
"Ya, pak?" tanyaku, tersenyum manis.
"Kenapa tadi bolos pelajaran saya?"
/Duar! Tepat sasaran.
"Ahihihi! Ya... gitu deh." Mana mungkin aku jujur mengatakan karena patah hati dan memilih menangis di atap. Ditertawakan itu pasti.
Beliau mengembuskan napasnya berat. "Ya sudahlah. Apapun alasannya, kamu tetap bersalah. Silahkan hormat di bawah tiang bendera selama istirahat kedua. Paham?"
"Mm, nggak sekarang aja pak?" Ku lihat cuaca sekarang agak mendukung.
"Dengan kata lain, kamu mau menambahkan hukuman karena membolos dua kali mata pelajaran?"
Ah, benar juga.
-
Tepat seperti perjanjian dua jam lalu dengan pak Ali, setelah mapel kedua telah usai dan guru tersebut keluar dari kelas, aku pun ikut keluar menuju lapangan. Tak ku sangka, di bawah tiang bendera sana sudah ada Rey serta Yuda juga yang tengah hormat.
"Ayra...!" Mendengar seruan pak Ali, aku menoleh tepat di bawah pohon. Beliau duduk di atas rumput sana sembari melambaikan tangan. Beliau tidak sendiri, melainkan ada beberapa anak murid lain yang kurasa anak OSIS kelas 11.
"Kamu bisa langsung bergabung sama mereka berdua, ya. Jangan coba-coba kabur, saya lihat dari sini, loh...!!" teriaknya begitu kencang.
Dipandangnya guru satu itu dari kejauhan. Ah, guru yang berbeda. "Iya, pak...!" Kelar dengan pak Ali, aku beralih mengambil tempat di samping Yuda.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku di bangku SMA (End)
Teen FictionApa yang terlintas dalam benak ketika mendengar kata "hijrah"? Iya, hijrah. Ini kisah tentang Ayra Khairunniswah Haseena. Gadis SMA yang jauh dari kata taat, dan kini belajar jauh dari maksiat. Memegang teguh niat, untuk meninggalkan kesenangan duni...