« بسم الله الر حمن الر حيم »"Jadi... lo lagi jatuh cinta? Sama Rey? Oh My Gosh!!" Aku memalingkan muka dari Ghea. Niat hati mau menghilangkan beban, yang kudapatkan malah ledekan dari cewek itu. Apa-apaan.
"Dih. Maalu-malu dugong! Udahlah, Ra. Gak usah pura-pura sama guee-"
"AAY... AYRAAA..."
Omongan Ghea terpotong kala mendengar teriakan datang dari arah pintu. Baik aku dan Ghea, kami menoleh. Dia Alifia. Fia berlari menghampiri ku dan Ghea. Lantas kami bangkit berdiri.
"Ay, maaf..."
Aku terpaku kala mendapati Fia memelukku. Menangis dan berulang kali mengucapkan kata maaf. Kenapa?
"Maaf, Ay... maaf..."
"I-iya, tapi kenapa?"
Aku menarik dirinya dari pelukanku. Fia, matanya terlihat sembab, hidung merah dan bahu bergetar hebat. Kasian dengannya, membuatku tak kuasa ikut menangis. "Lo kenapa, sih, Fi..."
"Hikse, Ay... aku mau jelasin semuanya. Kamu salah paham. Aku, aku sama mas Rey sepupuan... kamu jangan salah paham."
Aku mendelik. Tangis ku berhenti. Nafasku bahkan ikut terhenti, sejenak. Sepupuan dia bilang??
"Ay, aku minta maaf..." tangis Fia kembali pecah di depan mataku.
"Sep-sepupuan?"
Dia mengangguk. "Iya, Ay. Aku sama Rey sepupuan." Fia meneguk salivanya, lalu kembali berucap. "Karena itu aku manggil dia mas. Karena itu panggilan aku buat dia sejak kecil. Rey juga kalau ngomong sama aku, pakai bahasa lembut dan sopan karena itu udah diajarkan dari kecil."
Aku masih terpatung di tempat. Bergerak barang sedikitpun aku lupa caranya.
Fia kembali terisak, "Ay..."
"Ay, aku gak tahu kenapa tadi Yuda sampai semarah itu sama Rey. Dia ngehajar Rey, Ay. Dia marah banget karena tahu kamu nangis karena Rey. Dia tadi, tadi tiba-tiba dateng terus mukulin Rey..."
Lagi-lagi aku mendelik dengan mulut terbuka. Aku rasa Ghea pun sama halnya dengan ku.
"Anjir!"
"Mereka dimana?"
"Di lapangan. Tapi udah diamanin sama pak Dodit."
Tak ingin berlama-lama, aku bergegas keluar dari rooftop menemui Rey, Yuda atau siapapun yang aku temui duluan nanti.
-
Flashback
Sadar hari ini ada mapel olahraga, Yuda berniat ingin membolos sampai jam mapel tersebut habis. Bukan tanpa alasan, ia memang tidak menyukai guru mata pelajaran tersebut. Sejak kelas 11, ia sudah diajar olehnya, harapan di kelas 12 ganti guru rasanya sudah pupus. Orang menyebalkan dan keras kepala seperti dirinya, bagi Yuda tidak pantas jadi guru.
Masih dengan setelan batik khas SMA Trimurti, Yuda duduk di atas pembatas bagian ujung barat. Punggung serta kepala ia sandarkan di tembok, lalu kedua kaki ia lurus kan kedepan. Ah... posisi terenak sambil menyesap rokok.
Awalnya terasa damai, hingga ketika ia mendengar suara langkah kaki, ia sudah bersiap mengumpat. Tapi ketika menyadari bahwa yang datang adalah Ayra, ia mengurungkan niatnya. Dipandangnya punggung Ayra hingga gadis itu duduk di ujung atap bagian Barat.
Benaknya muncul berbagai pertanyaan dan asumsi. Ia juga ingin mendekat, tapi sebuah bisikan lain seolah menyuruhnya diam di tempat. Hingga lama Yuda diam memandang punggung Ayra dan Ayra yang diam duduk membelakangi, suara langkah kaki lain terdengar mendekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hijrahku di bangku SMA (End)
Novela JuvenilApa yang terlintas dalam benak ketika mendengar kata "hijrah"? Iya, hijrah. Ini kisah tentang Ayra Khairunniswah Haseena. Gadis SMA yang jauh dari kata taat, dan kini belajar jauh dari maksiat. Memegang teguh niat, untuk meninggalkan kesenangan duni...