Part 31

2K 246 3
                                    


« بسم الله الر حمن الر حيم »

Ban mobil sedan hitam perlahan bergesekan dengan aspal seiring ibu menginjakkan rem. Menyadari kita telah sampai di depan gerbang sekolah, aku beralih memandang ibu lekat. "Bu, besok-besok aku berangkat sendiri aja. Jalur sekolah sama kantor, kan gak searah. Biar ibu nggak usah muter-muter, gini."

"Gapapa. Gih sana masuk. Belajar yang rajin. Sama itu... jangan lupa dikasih ke Fia sama Rey, ya?" balasnya, seraya menunjuk dua paper bag yang tengah ku bawa. Lantas aku mengangguk, kemudian mencium punggung tangan ibu sebelum akhirnya keluar dari mobil.

Setelah aku menaruh tas di kelas, aku mengayunkan langkah menuju kelas Fia dan Rey berada. Di samping itu, dipandangnya isi dalam paper bag yang ku bawa. Berbagai macam kue nampak dari sana, mulai dari kunafe, bolu susu serta aneka jajan kering juga ikut serta meramaikan isi paper bag. Ah... kenapa juga aku nggak bawa satu kue untuk istirahat nanti.

Tak jauh dari kelas mereka, nampak sebagian murid kelas itu berhambur keluar dengan setelan olahraga. Oh... rupanya mapel mereka sekarang olahraga. Setelah sampai diambang pintu, kelas terlihat sepi.

"Apa gue simpen di meja mereka aja kali, ya. Ih, tapi nggak sopan. Lagian, aku pengen sekalian ketemu sama mereka. Ya udah deh nanti aja..."

Saat ketika aku baru berbalik, aku tersentak kala Alfin memanggil dengan jarak satu langkah dari ku.

"Ay? Lo udah balik...??" tanyanya excited. Aku mengangguk pasrah.

"Btw... ngapain berdiri disini?" Detik berikutnya, Alfin terlihat kaget. "Jangan bilang tiga hari lo ke Bandung, lo lupa letak kelas sendiri?"

Aku memutar bola mata malas.

"Sini gue kasih tahu..."

"Gue tahu, Fin. Astaghfirullah..."

Mulut yang semula terbuka, Alfin katupkan. Kemudian bertanya kembali. "Terus?"

"Gue tadi nyari Fia sama Rey. Tapi kayanya dia udah di lapangan. Kan?"

Alfin mengangguk-anggukkan kepalanya. "Mapel sekarang olahraga. Tapi gak tahu kenapa belum juga bel, mereka udah gercep ke lapangan. Gue mau ngambil air. Lo ada perlu sama mereka?"

"A-ada sih. Tapi nggak apa-apa. Nanti aja."

Bukannya menjawab, cowok itu malah beralih masuk ke dalam kelas. "Kalem aja, Ay. Pak Dodit belum ada di lapangan. Lo bisa ikut gue kesana."

Apa iya...

"Yuk?"

Aku mengangguk. Berjalan satu meter di belakang Alfin. Namun, belum juga sampai di lapangan, dari jarak tak jauh dari sana sudah terdengar teriakan-teriakan manja para murid. Mereka menyoraki... Rey dan Alifia.

Semakin aku menipiskan jarak dengan lapangan, semakin jelas aku melihat aktivitas mereka. Para murid berseragam olahraga mengelilingi dua sosok lawan jenis yang tengah mempraktekkan jurus bela diri. Tepat seperti berduel.

Fia! Fia! Fia!

Rey! Rey! Rey!

Anjir so couple bet dah mereka!

Mana sama-sama bisa silat!

Keren abis!

Iri banget gue ya tuhan!

Teriakan demi teriakan mereka seakan terus menusuk-nusuk lubang telingaku. Aku bahkan tak bisa pura-pura tuli dengan teriakan nyaring itu yang parahnya bisa merambat ke ulu hati. Rasanya... nyess banget!!

Hijrahku di bangku SMA (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang