TITIK SATU 2 - Tuan Putri

6.1K 549 21
                                    

HALLO!!! HALLO!!! HALLO!!!

Ketemu lagi nih sama Cosu, Cintah!!!

Gimana kabarnya hari ini? semoga baik-baik aja ya.

Jam berapa dan hari apa kamu baca bagian ini?

Kalian lagi seneng atau lagi badmood nih? Kalau Cosu pastinya seneng karena hari ini waktunya TITIK SATU update.

TITIK SATU ini adalah cerita ketiga Cosu dan semoga Cintah semua suka ya!!!

Yuk bantu doa dan share cerita ini supaya sukses dan tamat sampai akhir...

Oiyah, Mimpi atau Cita-cita kalian apa? yuk coret-coret disini supaya Cosu bantu doa.

Sudah siyap baca???

Skuy gasken!!!

________________________________________________________________________________

SELAMAT MEMBACA CINTAH

________________________________________________________________________________

Sudah tahu rusak bukannya diperbaiki malah semakin dihancurkan.

Rere menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi mobil, menatap wajahnya pada rear-vision mirror. Satu kata yang dapat mendeskripsikan tentang dirinya saat ini, yaitu berantakan.

Luka kecil dengan darah yang sudah mengering pada dahinya, warna kemerahan yang membentuk lima jari pada pipi putihnya juga matanya yang terlihat sangat sembab. Rere menghela nafas pelan, melepas ikatan rambutnya dan membiarkannya tergerai bebas.

Rere berbalik, mencondongkan tubuhnya untuk mengambil air mineral yang ada di kursi penumpang. Rere membuka pintu mobil, berdiri disamping mobil lalu mengguyur wajahnya dengan air mineral yang tadi dia ambil.

Awshhh- perih langsung menyerang permukaan kulitnya. Rere mengigit bibir bawahnya, menahan rasa sakit akibat ulahnya saat ini. Rere sedikit menggosok dahinya yang terdapat luka disana- membersihkan darah yang sudah mengering lalu kembali masuk ke dalam mobil.

Rere kembali menatap dirinya di rear-vision mirror, tapi kali ini lebih memfokuskan pada bagian dahinya. Darahnya sudah hilang namun luka itu masih tetap ada. Rere mengambil hansaplast plester dari dalam laci dashboard lalu membalut lukanya. Hansaplast plester itu memang selalu tersimpan di dalam mobilnya. Bukannya Rere memprediksi bahwa hal seperti ini akan terjadi, tapi kejadian seperti ini memang selalu terjadi.

Untuk menyempurnakan penampilannya, Rere menutupi lukanya yang sudah dibalut dengan hansaplast plester itu dengan poninya yang ia juntaikan kedepan. Rere mengambil masker penutup lalu mengenakannya untuk menutupi bekas tamparan di pipinya.

Sekali lagi Rere melihat pantulan wajahnya dari rear-vission mobil, memastikan bahwa tidak ada lagi luka yang terlihat. Rere mengeluarkan ponselnya dari dalam saku jaket sekolahnya, mencari kontak seseorang lalu mendialnya.

"Hallo," ucap Rere, membuka pembicaraan dengan orang diseberang sana.

"Iya, Re. kenapa?" respon orang diseberang sana dengan sedikit berbisik.

"Miss Evi udah masuk?" tanya Rere.

"Udah, Re. Baru aja. Lo kemana? Kenapa belum masuk kelas juga? Ini gue angkat telepon lo diem-diem."

TITIK SATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang