TITIK SATU 20 - Sampai kapan?

3.2K 329 94
                                    

HALLO!!! HALLO!!! HALLO!!!

Ketemu lagi nih sama Cosu, Cintah!!!

Gimana kabarnya hari ini? semoga baik-baik aja ya.

Jam berapa dan hari apa kamu baca bagian ini?

Maap ya baru bisa update ^_^

Maaf lahir batin dan semoga lancar menjalani puasanya untuk yang menjalankan.

Ada yang nungguin cerita ini update nggak sih?

Siapa yang udah rekomendasiin cerita ini ke temen-temennya? Jangan lupa buat ikut ramein cerita ini yah dengan bawa banyak readers untuk baca cerita ini ^_^

Dan kalau posting bagian cerita ini ke instagram, boleh banget tag Cosu🥰

TITIK SATU ini adalah cerita ketiga Cosu dan semoga Cintah semua suka ya!!!

Yuk bantu doa dan share cerita ini supaya sukses dan tamat sampai akhir...

Jangan lupa untuk selalu dukung Cosu dengan Vote dan Coment ya. minimal Vote deh. Belajar untuk menghargai kerja keras orang lain, OK!!!

Oiyah, Mimpi atau Cita-cita Cintah apa? yuk coret-coret disini supaya Cosu bantu doa.

Sudah siyap baca???

Skuy gasken!!!

________________________________________________________________________________

SELAMAT MEMBACA CINTAH

________________________________________________________________________________

Mencintai mu adalah hak ku dan menjaga mu adalah kewajiban ku. sedangkan memiliki mu seolah menjadi tabu.

Malam itu, langit nampak segar. Banyak bintang-bintang bertaburan di badannya, menemani sang rembulan yang tengah berusaha untuk bisa membulat total.

"Rere sini!" panggil Riri.

"Iya, dek sini! Kamu lagi apa di situ? Tunggu Papa nya di sini aja, kita main monopoli dulu!" timpal Raka.

Rere yang sedang duduk sorang diri di atas ayunan dengan tangan yang memegang boneka barbie putri duyung pun menoleh, melihat Kakak dan adik kembarnya yang tengah memainkan permainan yang berbahan dasar kertas dan dadu.

Rere menatap boneka barbienya sebentar, lalu kembali menatap Raka dan Riri seraya menggeleng, "Aku di sini aja kak!" sahutnya.

Raka dan Riri termenung, melihat saudara perempuan mereka yang lebih suka duduk sendiri dan tidak mau bergabung dengan mereka membuatnya bingung dan juga sedih.

Sedari umur sepuluh tahun, sikap dan kepribadian Rere memang mulai berubah. Dia yang selalu ceria dan selalu bergabung untuk bermain pun perlahan lebih suka berdiam diri di dalam kamarnya dan menyendiri.

Dia menjadi orang yang sedikit pendiam, cuek dan pemarah. Terlebih kepada Riri.

Raka mengajak Riri untuk beranjak dan menghampiri Rere.

"Kamu lagi apa?" tanya Riri, mendudukkan bokongnya pada satu ayunan di samping Rere.

Rere diam, melirik Riri di sampingnya dengan sorot mata yang sangat tajam.

TITIK SATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang