TITIK SATU 14 - Kamu pacar aku

4.3K 316 76
                                    

HAPPY 10K VIEWERS TITIK SATU!!!❤❤🥰🥰. MAKASIH BANYAK YAH UNTUK YANG SUDAH MENYEMPATKAN BACA DAN BERTAHAN SAMPAI SINI. AKU SAYANG KALIAN CINTAHHHH

________

HALLO!!! HALLO!!! HALLO!!!

Ketemu lagi nih sama Cosu, Cintah!!!

Gimana kabarnya hari ini? semoga baik-baik aja ya.

Jam berapa dan hari apa kamu baca bagian ini?

Kalian lagi seneng atau lagi badmood nih? Kalau Cosu pastinya seneng karena hari ini waktunya TITIK SATU update.

Gimana awal tahun kalian? Happy dong pasti. Semoga yah.

Ada yang nungguin cerita ini update nggak sih?

TITIK SATU ini adalah cerita ketiga Cosu dan semoga Cintah semua suka ya!!!

Yuk bantu doa dan share cerita ini supaya sukses dan tamat sampai akhir...

Jangan lupa untuk selalu dukung Cosu dengan Vote dan Coment ya. minimal Vote deh. Belajar untuk menghargai kerja keras orang lain, OK!!!

Oiyah, Mimpi atau Cita-cita Cintah apa? yuk coret-coret disini supaya Cosu bantu doa.

Sudah siyap baca???

Skuy gasken!!!

________________________________________________________________________________

SELAMAT MEMBACA CINTAH

________________________________________________________________________________

Status pacaran, aku kamu dan kata sayang nggak jamin untuk seseorang setia sama satu pilihannya.

Rere menuruni anak tangga dengan langkah pelan, satu tangannya memegangi pangkal hidungnya. Kepalanya masih terasa sedikit pusing.

Rere duduk di meja makan seorang diri dengan bi Lila yang sedang menata makanan. Kedua netra Rere bergerilya ke seluruh sudut ruangan. Rumah besar ini seolah mati, tidak ada kehidupan didalamnya.

"Non Rere sekolah? Nggak libur dulu sehari aja? Itu muka non Rere masih sedikit pucat," ujar bi Lila khawatir, melihat wajah anak manjikannya yang sedikit pucat.

"Kak Raka masih belum pulang bi?" tanya Rere melihat pintu kamar Raka yang masih tertutup rapat. Mengacuhkan pertanyaan dari bi Lila sebelumnya.

"Belum, Non," jawab bi Lila sopan.

Rere menghela nafas pelan, sudah hampir satu minggu Kakak laki-lakinya itu pergi dari rumah dan tak kunjung kembali. Ketika Rere meneleponnya, Raka tidak pernah mengangkat dan malah mematikan ponselnya. Ada kalanya Raka mengangkat panggilan dari Rere, namun isi panggilan itu hanya diisi oleh bentakan Raka.

"Kalau Papa?" tanya Rere lagi.

Bi Lila termenung sesaat, menatap Rere lalu tersenyum, "Tuan masih sibuk," jawabnya.

Rere tersenyum miring, mengambil nasi goreng didepannya lalu memakannya.

"Lain kali bi Lila nggak usah bohong, Saya bukan anak kecil lagi yang bisa dibohongi," ucap Rere di sela kunyahannya.

TITIK SATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang