TITIK SATU 15 - Re, buka mata lo.

4.9K 366 170
                                    

HALLO!!! HALLO!!! HALLO!!!

Ketemu lagi nih sama Cosu, Cintah!!!

Gimana kabarnya hari ini? semoga baik-baik aja ya.

Jam berapa dan hari apa kamu baca bagian ini?

Kalian lagi seneng atau lagi badmood nih? Kalau Cosu pastinya seneng karena hari ini waktunya TITIK SATU update.

Ada yang nungguin cerita ini update nggak sih?

TITIK SATU ini adalah cerita ketiga Cosu dan semoga Cintah semua suka ya!!!

Yuk bantu doa dan share cerita ini supaya sukses dan tamat sampai akhir...

Jangan lupa untuk selalu dukung Cosu dengan Vote dan Coment ya. minimal Vote deh. Belajar untuk menghargai kerja keras orang lain, OK!!!

Oiyah, Mimpi atau Cita-cita Cintah apa? yuk coret-coret disini supaya Cosu bantu doa.

Sudah siyap baca???

Skuy gasken!!!

________________________________________________________________________________

SELAMAT MEMBACA CINTAH

________________________________________________________________________________

Untuk membunuh seseorang, pedang tajam sangat tidak di perlukan. Sakiti saja mentalnya, rusak saja mentalnya lalu hancurkan. Selamat, kamu berhasil membunuhnya dengan cara paling keji. Raganya mungkin masih ada, jiwanya sudah lama tiada.

Rere masuk ke dalam rumahnya, kedua sudut bibirnya langsung tertarik begitu lebar ketika melihat seorang laki-laki yang berumur tiga tahun di atasnya baru saja keluar dari kamar yang ada di sudut ruang. Binar indah itu tercetak jelas di kedua netra biru Rere.

Langsung saja Rere berlari mendekati Raka, merentangkan kedua tangannya dan memeluk Raka dengan erat.

"Kak... aku kangen, kakak kemana aja?"

BUGH

Tanpa membalas pelukan Rere, tanpa membelai puncak kepala Rere, Raka langsung mendorong tubuh Rere dengan sangat keras membuatnya terdorong mundur dan jatuh. Rere meringis merasakan bokongnya yang berdenyut dan panas, menatap Raka dengan getir.

"Ganggu lo!"

Rere tertunduk lemah, berusaha bangun dengan perlahan.

"Maaf," lirihnya.

"Mana dompet lo?" tanya Raka, mengulurkan tangannya dengan telapak tangan terbuka ke atas.

Kepala Rere langsung terangkat, menatap Raka dengan bingung, "Untuk apa?" tanya Rere sedikit takut.

"Mana dompet lo, anjing!" teriak Raka. Rere berjengit kaget, dadanya tiba-tiba saja berdegub dengan sangat kencang ketika mendengar suara Raka yang meninggi dengan kedua netra yang menatap Rere penuh amarah.

Dengan cepat dan tangan yang sedikit gemetar takut, Rere mengambil dompetnya yang ia simpan dalam tas. Belum genap tangan Rere terulur, Raka sudah merebutnya terlebih dahulu dengan kasar.

Raka mengambil semua uang cash yang ada dalam dompet Rere.

"Untuk apa uang itu kak? bukannya Papa juga kasih uang bulanan ke kak Raka?" tanya Rere.

TITIK SATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang