TITIK SATU 33 - Kegagalan

2.3K 209 32
                                    

Holla!!! selamat malam Cintah!!!

Gimana kabarnya nih? semoga baik-baik aja ya.

Jam berapa dan hari apa kalian baca bagian ini?

Ada yang nungguin nggak?

Langsung gas aja yuk!!!

____________________________________

SELAMAT MEMBACA CINTAH

____________________________________

Melupakan itu bukanlah hal yang sulit melainkan tidak mungkin. Semakin kamu berusaha melupakan maka kamu akan semakin mengingat. Berusaha melupakan sama saja seperti kamu menyimpan kenangan itu di tempat tersembunyi dalam ruang ingatan. Tidak ada yang tahu, tapi kamu tetaplah yang paling tahu. Jadi sia-sia saja.


Pagi itu, mentari menyapa sisi ibu kota dengan begitu cerianya. sinarnya menyiram seluruh sisi ibu kota, menyelusup masuk ke dalam ruang melalui celah jendela dan gordeng yang terbuka.

Jam dinding telah menunjukkan pukul 06.45 dimana seharusnya seorang Rere telah sampai di sekolah dan membuka buku paket yang beberapa hari ini menjadi rutinitasnya. Tapi hari ini tidak. Gadis itu masih terbaring lemah di kasur tidurnya.

Mata yang sembab juga sprai di bawah wajahnya yang basah. Jangan lupakan memar di dahinya yang kini telah membiru. Terdapat sedikit bercak darah di sprai bawah kakinya, darah yang di hasilkan dari luka akibat pecahan mangkuk yang Mamanya lempar semalam.

Posisi tidurnya tidak berubah sedikitpun. Ia masih meringkuk dengan memeluk tubuhnya sendiri namun tidak erat. Pelukan itu terlihat kendur.

KRINGGG KRINGGG KRINGGG

Jam beker yang ada di atas nakasnya berdering nyaring menunjukkan pukul 07.00. Bel masuk di sekolah pasti telah berbunyi sekarang, semua siswa berhamburan masuk ke kelasnya masing-masing. Tapi Rere? Dia tidak menggerakkan tubuhnya sedikitpun, membiarkan suara jam itu mengisi kekosongan di dalam kamarnya.

~~~

Bi Lila yang sedari pagi setia menunggu anak majikannya itu di meja makan mulai kebingungan. Pasalnya, tidak biasanya Rere tidak turun dan pergi ke sekolah. Bi Lila sangat tahu, Lintar menaruh CCTV di area tangga untuk memastikan Rere selalu pergi ke sekolah karena itu ketika anak majikannya itu tidak turun, bi Lila jadi bingung dan cemas jika anak majikannya akan dimarahi karena tidak pergi ke sekolah.

Bi Lila menatap cemas ke lantai atas, masih berharap jika anak majikannya itu akan segera turun. Lima menit berlalu, namun tidak ada sedikitpun tanda-tanda Rere akan turun.

Bukankah anak majikannya itu pulang semalam? Ya, bi Lila melihat Rere menaiki tangga semalam. Walau hanya dari belakang, dia yakin jika itu adalah anak dari majikannya. Bi Lila tidak salah lihat. Namun kemana anak majikannya itu sekarang?

Dengan perasaan cemas, bi Lila menaiki anak tangga menuju kamar Rere. Pintu cokelat di depannya masih tertutup rapat. Bi Lila mengetuknya, memanggil nama Rere namun tidak ada sahutan.

Bi Lila terus mengetuk, perasaannya semakin cemas karena tak kunjung mendapat jawaban. Perlahan, ia menyentuh knop pintu, memutarnya dan mendorong pintu itu pelan. Dengan sopan, bi Lila memasuki kamar Rere.

Pertama yang ia lihat adalah Rere yang tengah berbaring di kasur dengan meringkuk, posisisnya membelakangi bi Lila. Perlahan, bi Lila melangkahkan kakinya. Menyebut nama anak majikannya itu dengan pelan dan sopan. Tapi sama saja, Rere terus bergeming.

TITIK SATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang