TITIK SATU 9 - Mengakhiri hidup

3.8K 346 22
                                    

HALLO!!! HALLO!!! HALLO!!!

Ketemu lagi nih sama Cosu, Cintah!!!

Gimana kabarnya hari ini? semoga baik-baik aja ya.

Jam berapa dan hari apa kamu baca bagian ini?

Kalian lagi seneng atau lagi badmood nih? Kalau Cosu pastinya seneng karena hari ini waktunya TITIK SATU update. Tapi maaf ya karena malem banget hahaha.

Ada yang nungguin cerita ini update gak sih?

TITIK SATU ini adalah cerita ketiga Cosu dan semoga Cintah semua suka ya!!!

Yuk bantu doa dan share cerita ini supaya sukses dan tamat sampai akhir...

Jangan lupa untuk selalu dukung Cosu dengan Vote dan Coment ya. minimal Vote deh. Belajar untuk menghargai kerja keras orang lain, OK!!!

Oiyah, Mimpi atau Cita-cita Cintah apa? yuk coret-coret disini supaya Cosu bantu doa.

Sudah siyap baca???

Skuy gasken!!!

________________________________________________________________________________

SELAMAT MEMBACA CINTAH

________________________________________________________________________________

Membahagiakan tanpa diketahui adalah cara mencintai paling tulus yang dimiliki oleh seseorang.


Rere memarkirkan mobil audi hitamnya di pekarangan rumah. Ia menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi dengan mata yang terpejam. Tenaganya belum sepenuhnya pulih. Dia masih sangat lemas.

Rere tidak tahu apapun tentang yang terjadi tadi setelah dia kehilangan kesadarannya. Tenaganya benar-benar terkuras habis. Tapi yang ia rasakan sebelum benar-benar terpejam adalah sebuah kenyamanan.

Saat terbangun, Rere sudah berbaring di ranjang UKS padahal dia ingat betul jika sebelumnya ia terbaring di rumput taman dengan tubuh yang bergetar hebat. Disana Rere tidak sendiri, melainkan ada Raga yang menemaninya.

"Kenapa gue nggak mati aja sih," dengus Rere, menegakkan tubuhnya dan keluar dari dalam mobil.

Saat membuka pintu, kening Rere langsung menyerngit heran. Terdapat mobil BMW putih terparkir disamping mobilnya. Ya, Rere baru menyadari itu.

Tidak. Bukan hanya satu mobil. Tapi mobil milik Lintar pun ada disana dan itu semakin membuat Rere menyerngit heran. Apa mungkin Lintar mengadakan pertemuan dengan rekan bisnisnya di rumah? Tapi itu sangat jarang bahkan hampir tidak pernah semenjak keluarganya hancur.

Rere melangkah menuju pos satpam, "Ada tamu Pak?" tanya Rere pada satpam yang berjaga disana.

Satpam itu menyambut Rere dengan sopan dan senyuman, "Iya non. Omma dan Oppa non Rere ada didalam bersama dengan tuan."

Saat itu juga kedua sudut bibir Rere tertarik lebar, membentuk senyuman yang sangat indah, "Beneran?" tanya Rere senang.

Pak Satpam tanpa ragu mengangguk, "Benar non."

Dengan cepat Rere membalik tubuhnya dan berlari untuk masuk ke dalam rumah. Namun saat berada di ambang pintu utama langkah kakinya terhenti. Senyum di bibirnya musnah begitu saja.

TITIK SATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang