I'm down. Butuh banget support kalian cintah :"(
_________
HALLO!!! HALLO!!! HALLO!!!
Ketemu lagi nih sama Cosu, Cintah!!!
Gimana kabarnya hari ini? semoga baik-baik aja ya.
Jam berapa dan hari apa kamu baca bagian ini?
Kalian lagi seneng atau lagi badmood nih? Kalau Cosu pastinya seneng karena hari ini waktunya TITIK SATU update. Tapi maaf ya karena malem banget hahaha.
Ada yang nungguin cerita ini update gak sih?
TITIK SATU ini adalah cerita ketiga Cosu dan semoga Cintah semua suka ya!!!
Yuk bantu doa dan share cerita ini supaya sukses dan tamat sampai akhir...
Jangan lupa untuk selalu dukung Cosu dengan Vote dan Coment ya. minimal Vote deh. Belajar untuk menghargai kerja keras orang lain, OK!!!
Oiyah, Mimpi atau Cita-cita Cintah apa? yuk coret-coret disini supaya Cosu bantu doa.
Sudah siyap baca???
Skuy gasken!!!
________________________________________________________________________________
SELAMAT MEMBACA CINTAH
________________________________________________________________________________
Petir bersua menunjukkan kehebatannya, manusia berteriak menghancuran segalanya.
Raga mengendarai mobil lambor hitamnya dengan kecepatan pelan, menembus jalanan besar yang sedikit ramai. Rere tidak membutuhkan perawatan khusus yang membuatnya harus dirawat lebih lama di rumah sakit.
Rere yang berada di kursi penumpang samping Raga sedari tadi hanya diam, menunduk memainkan jari-jari lentiknya dan beberapa kali menolehkan kepalanya melihat ke luar jendela.
Kedua netra rere bergerak gelisah dan Raga dapat melihat itu dengan jelas.
"Kenapa?" tanya Raga, saat mobil yang ia kendarai terpaksa berhenti karena rambu lalu lintas yang menyala merah.
Rere menoleh sejenak menatap Raga, lalu kembali menatap luar jendela, "Nggak papa."
Raga menghela nafas pelan, kembali mengendarai mobilnya saat rambu lalu lintas sudah berubah hijau.
"Ga...," panggil Rere. Mendengar itu Raga segera menolehkan kepalanya dan menatap Rere. Sesekali menatap lurus untuk memastikan bahwa jalanan didepannya aman.
"Kenapa?"
Rere terdiam cukup lama dengan kepala yang tertunduk, membuat Raga menyerngitkan keningnya bingung.
"Kenapa, Re?" tanya Raga lagi.
Rere perlahan menaikkan pandangannya, menoleh dan menatap Raga, "Gue nggak mau pulang sekarang."
Kini, Raga yang dibuat terdiam. Ia menatap Rere cukup lama, untungnya jalanan didepannya telah senggang.
"Mau kemana?" tanya Raga.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK SATU
Teen FictionRere, seorang gadis yang mentalnya telah di rusak habis-habisan oleh keluarga. Memiliki tekad kuat untuk membuat sang Papa menyayanginya. Dalam perjalanannya menuju angan bahagia, ada Raga yang selalu berusaha ada untuknya. Membiarkan sang pacar, Ze...