TITIK SATU 4 - Nilai yang hancur

4.5K 375 9
                                    

HALLO!!! HALLO!!! HALLO!!!

Ketemu lagi nih sama Cosu, Cintah!!!

Gimana kabarnya hari ini? semoga baik-baik aja ya.

Jam berapa dan hari apa kamu baca bagian ini?

Kalian lagi seneng atau lagi badmood nih? Maaf yah Cosu telat update TITIK SATU.

TITIK SATU ini adalah cerita ketiga Cosu dan semoga Cintah semua suka ya!!!

Yuk bantu doa dan share cerita ini supaya sukses dan tamat sampai akhir...

Oiyah, Mimpi atau Cita-cita kalian apa? yuk coret-coret disini supaya Cosu bantu doa.

Sudah siyap baca???

Skuy gasken!!!

________________________________________________________________________________

SELAMAT MEMBACA CINTAH

________________________________________________________________________________

Jika tidak seharusnya bilang tidak. Jangan iya yang justru nantinya akan membuat orang terluka.

Rere membuka lembar demi lembar bukunya, menatapnya serius, mulutnya tidak berhenti berkomat-kamit sedari tadi. Menutupnya, memejamkan mata seraya menghafal, membukanya, menutupnya lagi.

ARGHHHH... Rere menutup dan membanting bukunya sembarang di atas meja, mengacak kepalanya frustasi.

"Cewe aneh mulai kumat," ujar salah satu teman kelas Rere, namanya Damar. Dia duduk di bangku ketiga, barisan disamping kanan barisan Rere.

Rere yang berada dibarisan disamping Damar dan duduk di bangku keempat- paling belakang tentu bisa mendengar jelas hal itu. apalagi Damar mengatakannya dengan terang-terangan.

Rere menggebrak meja, menatap Damar dengan nyalang membuat semua pasang mata kini menyorot ke arahnya.

"Ngomong apa lo tadi?" tanya Rere, bengun dari duduknya dan menghampiri Damar.

Damar tersenyum miring, berdiri seraya membalas tatapan Rere dengan sama tajamnya, "Cewek. Aneh," ucapnya menekan setiap kata dalam kalimatnya.

"Bisa lo ulangi?" tanya Rere lagi, tangannya mengepal kuat dan giginya menggertak menahan amarah.

Damar berdecih, melangkah maju dan mendorong bahu Rere dengan kasar membuatnya terdorong mundur, "Kalau budek lo bersihin kup-,"

BUGH

Rere meninju tepat di bagian rahang Damar, membuat wajahnya sedikit terhempas dan ucapannya terhenti. Damar meringis, memegangi rahangnya yang terasa kaku dan berdenyut.

Damar menatap Rere dengan nyalang, "Berani lo sama gue?" bentaknya.

Rere tersenyum angkuh, melangkah lebih maju seraya menaikkan dagunya, "Berani. Emangnya lo siapa harus gue takuti? Lo Tuhan bukan?" jawab Rere dengan berani.

Damar menggeram, mengangkat tangannya untuk memukul Rere namun belum genap tangan besarnya menyentuh kulit pipi putih Rere, Rere sudah mencengkramnya terlebih dahulu, "Berani lo mukul cewek? Nggak malu sama badan besar lo? Atau jangan-jangan itu badan Cuma hasil vermakan? Aslinya lo banci, iya?" ucap Rere. Tidak ada nada ketakutan sedikitpun dalam bicaranya. Dia bicara dengan tenang dan dingin.

Damar menggertakkan giginya, menarik tangannya dengan kasar dari cengkraman Rere, "Jauhin tangan kotor lo!" kecamnya.

"Harusnya lo yang jauhin tangan lo dari gue bahkan jauhin diri lo. Jangan sukanya ngebuli!" Damar terdiam, menatap Rere dengan tajam.

TITIK SATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang