Prolog

10K 832 87
                                    

Hallo!!! ketemu lagi sama COSU ^_^

Gimana kabarnya hari ini? semoga baik ya, dan untuk yang lagi sakit semoga lekas sembuh.

Kalian lagi sedih atau lagi bahagia? yakin mau baca cerita ini? kalau moodnya jadi ancur atau nambah sedih aku nggak tanggung jawab lo yaaa.

Siap untuk baca bagian prolog?

Yuk lah gasken!!!

________________________________________________________________________

SELAMAT MEMBACA CINTAH

_________________________________________________________________________

Pukul 12.30 dini hari, Rere belum juga pergi ke alam mimpinya. Dia menunggu seseorang, dia merindukannya. Terdengar suara deru mesin mobil dari pelataran rumahnya, Rere buru-buru bangun dari posisi berbaringnya dan berlari ke balkon untuk melihat siapa yang datang.

Kedua sudut bibir Rere tertarik begitu lebar, dengan mata berbinar ia segera keluar dari kamarnya. Menuruni anak tangga yang melingkar menuju lantai satu lalu berlari ke ambang pintu utama rumahnya.

Dia menunggu Lintar keluar dari mobilnya dengan senyum yang merekah sempurna di wajah ayunya. Senyumnya meredup, ketika seorang perempuan dengan dress merah diatas lutut ikut keluar dari mobil Lintar- Papanya.

Binar indah yang semula ada dimata kebiruan Rere kini hilang dengan digantikan tatapan tajam yang menyorot pada wanita ber-dress merah yang kini menggandeng tangan Lintar.

"Papa baru pulang?" Tanya Rere pada Papanya. Suaranya datar dan seolah mengintimidasi namun matanya terus terarah pada wanita itu.

Wanita itu tersenyum begitu lebar yang membuat Rere merasa semakin muak.

Lintar tidak menjawab, dia malah terus masuk melewati tubuh Rere yang mematung diambang pintu. Lintar terus melangkahkan kakinya, dengan perempuan ber-dress merah yang masih saja bergelayut manja di lengan kekar Lintar.

Rere yang merasa geram segera berlari dan menarik tangan perempuan itu yang melingkar di lengan Papanya. Ia menariknya dengan kasar ke belakang lalu menghempasnya, membuat perempuan itu mundur dan menatap tak suka pada Rere.

"Awshhh- sayang. Tangan aku sakit," rengek perempuan itu yang membuat Rere semakin geram.

Perempuan itu melangkah mendekati Lintar yang diam di anak tangga pertama. Lintar menatap Rere dengan tajam dan mematikan. Tangannya mengepal kuat membuat otot-otot besarnya timbul dan terlihat hingga ke permukaan.

Rere yang tidak suka langsung mendorong bahu perempuan itu hingga membuatnya terjatuh.

"Dia Papa saya! Apa kamu tidak punya malu dengan terus mendekatinya? Apa pekerjaan halal di dunia ini sudah musnah hingga kamu memilih menjadi jalang?"

PLAKKK

Suara tamparan yang begitu keras dan terdengar memekakkan mengisi keheningan diseluruh sudut ruangan. Lila- pembantu rumah tangga yang sedari tadi hanya bisa menyaksikan di sudut ruangan tubuhnya sampai bergetar. Pemandangan seperti ini harusnya sudah biasa, tapi tetap saja bagi Lila ini sangat tidak biasa.

Dia ingin melerai dan membawa anak majikannya itu pergi dari suasana yang mencekam seperti itu tapi posisinya lagi-lagi memberi batasan untuknya.

Rere memegangi pipi kanannya yang terasa kebas dan berdenyut hebat. Tangan Lintar jatuh mengenai kulit pipi kanan Rere dengan sangat keras, sampai-sampai membuatnya terhuyung ke samping dan jatuh. Ia terduduk, menatap tak percaya pada Papanya.

TITIK SATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang