CINTAH. INI SINGKAT BANGET BENERAN. MAAFIN YA, UDAH LAMA GK UP PAS UP SINGKAT BANGET HUHUHU🙏🏼🙏🏼
"Lagu itu indah di dengar, namun terdengar menyakitkan untuk yang merasakan."
Satria menghentikan mobilnya tepat di depan rumah Zeline, ia melihat sekeliling. Gelap, sepi, tak ada tanda-tanda seorang pun di dalam sepetak rumah kecil berwarna biru tersebut.
"Nyokap bokap lo nggak ada di rumah?" tanya Satria, cukup mengejutkan Zeline yang tengah menatap ke depan dengan buliran bening yang entah sejak kapan membasahi pipi putihnya.
"Ha?" Zeline terperangah, menoleh dan mendapati Satria yang menatapnya kebingungan.
"Lo nangis?"
Zeline yang baru sadar dengan hal itu langsung menyembunyikan wajahnya membelakangi Satria, mengusap ke dua belah pipinya dengan cepat seraya menggeleng.
"Nggak kok," ucapnya lirih, membalik badannya dan menatap Satria, "Lagunya sedih," ujarnya.
Suasana di dalam mobil memang tidak sepi karena Satria yang memutar musik di mobilnya untuk menemani perjalanan mereka.
Sakit, tak sanggup
Sadarkah kita terlalu hancur
Hilang, habis tak bersisa
Tapi tak mampu ku menyerah
Tertawan Hati - Awdella
Itulah lagu terakhir yang mereka dengarkan, namun apa mungkin Zeline menangis hanya karena sebuah lagu?
Satria mengambil kedua tangan Zeline, memerhatikan luka bercak akibat kecelakaan yang baru Zeline alami sore tadi. Zeline ingin menarik tangannya kembali, namun tatapan lembut Satria menghentikan pergerakannya. Ia diam, membiarkan apa yang ingin Satria lakukan.
Satria terus memerhatikan telapak tangan itu lekat, sedikit mengelusnya dan perlahan mendekatkan wajahnya.
Zeline terkejut ketika Satria meniupi lukanya dan berakhir mengecupnya pelan.
"Udah gue obatin, besok pasti sembuh," ujar Satria lembut.
Zeline terpaku, jantungnya tiba-tiba saja berpacu jauh lebih cepat dari biasanya. Kedua netranya tak bisa pergi dari telapak tangan miliknya yang kini masih berada di atas telapak tangan besar milik Satria.
"Kunci rumah lo mana?" tanya Satria.
"Ha?" gugu Zeline, menatap Satria dengan bingung.
"Kunci rumah lo mana?" tanya Satria, tersenyum kecil. Kedua pipi Zeline nampak memerah, ia terlihat seperti orang yang kebingungan dan itu membuat Satria merasa lucu.
Satria jelas tahu, perbuatannya barusan pasti telah membuat jantung Zeline berdegub kencang yang membuatnya tidak bisa fokus sekarang.
"Oh," jawab Zeline, mengeluarkan kunci rumahnya dari dalam tas dengan hati-hati karena luka pada telapak tangannya, lalu menyerahkannya pada Satria tanpa bertanya atau protes satu katapun.
Satria terkekeh pelan, menerima dengan senang hati kunci rumah yang Zeline berikan lalu menyentuh dagu Zeline dan mencubitnya pelan, "Gemes banget anak orang," ujarnya lalu keluar dari dalam mobil dan meninggalkan Zeline yang masih diam mematung di tempatnya.
Satria membuka pintu rumah Zeline, masuk dan menyalakan semua lampu membuat rumah yang semula gelap gulita dan tampak tak berpenghuni tersebut menjadi terang.
Semua hal itu tak luput dari pandangan Zeline, tapi anehnya ia terus diam di dalam mobil dan tak melakukan apapun. Otak di dalam kepalanya seolah berhenti untuk berpikir.
Tak lama, Satria kembali keluar dari dalam rumah Zeline, berjalan dengan gagah mendekati mobilnya dan membuka pintu mobil yang ada di sisi Zeline.
Tanpa mengatakan satu kata pun, Satria langsung membawa Zeline dalam gendongannya. Membopong tubuh mungil Zeline.
Zeline yang terkejut dengan apa yang Satria lakukan jadi terpekik tertahan, ia memukul dada Satria pelan dan menatapnya dengan kesal.
"Aku bisa jalan sendiri, Sat."
Satria menggeleng, menatap kedua mata hazel Zeline, "No No No. Kaki lo sakit.""Sakit dari mana? Orang tadi masuk ke mobil kamu aja aku jalan!" balas Zeline tak terima.
"Tapi gue bantu papah badan lo kan?" picing Satria.
"Tanpa kamu papah badan aku pun, aku bisa!"
"Oh gitu?" Satria menghentikan langkahnya, menatap Zeline dengan kesal kali ini, "Lo mau turun?" Zeline mengangguk.
"Beneran?" tanya Satria.
"Iya!" jawab Zeline tegas.
"Ok!" tanpa aba-aba, Satria mengendurkan dekapan tangannya pada tubuh Zeline membuatnya seolah-olah menjatuhkan Zeline begitu saja yang membuat Zeline terkejut, berteriak dan reflek melingkarkan kedua tangannya di leher Satria, memeluknya dengan sangat erat seraya menempelkan kepalanya di dada bidang laki-laki tersebut. Ketakutan.
Satria yang memang dasarnya hanya mau mengerjai Zeline pun tertawa renyah, "Jadi kapan kita pacaran Lin?"
-------
HALLO TERIMAKASIH BANYAK BUAT YANG TETEP NUNGGU DAN BACA. MAAF YA, AKU GAK BISA SERING UP KARENA AKU ALHAMDULILLAH UDAH DAPET KERJAAN. DOAIN AKU LANCAR TERUS YA. INI AKU LAGI SHIFT MALEM DAN BADANNYA AGAK SEGERAN MANGKANNYA SEMPETIN NULIS WALAU DIKIT. SEKALI LAGI MAAF YA.
SPOILER : RAGA SAMA ZELINE 💔
INI GAK MUNGKIN, TAPI SENGAJA HAHAHAA. 1000 COMENT AKU UP HAHAHA. BYEEEEE TERIMAKASIH
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK SATU
Teen FictionRere, seorang gadis yang mentalnya telah di rusak habis-habisan oleh keluarga. Memiliki tekad kuat untuk membuat sang Papa menyayanginya. Dalam perjalanannya menuju angan bahagia, ada Raga yang selalu berusaha ada untuknya. Membiarkan sang pacar, Ze...