TITIK SATU 28 - PESAN DARI DANIAS

2.4K 196 43
                                    

HOLLAAAAA KETEMU LAGI KITAAA

KANGEN NGGAK? ADA YANG NUNGGUIN NGGAK?

GIMANA KABAR KAMU? SEMOGA SEHAT SELALU YA.

KATANYA 40 ORANG BISA BANTU NGABULIN DOA. AKU MAU MINTA TOLONG BANTU DOA YA SUPAYA AKU BISA CEPET DAPET KERJA🙏🏼

TERIMAKASIH.

JAM BERAPA DAN HARI APA KAMU BACA BAGIAN INI?

JANGAN LUPA UNTUK VOTE DAN COMENT YA KALAU KAMU SUKA BAGIAN INI.

LANGSUNG AJA OK.
__________________________________

SELAMAT MEMBACA CINTAH
__________________________________

Ketika kamu merubah dirimu menjadi orang lain hanya untuk dicintai, bukan cinta yang akan kamu dapati melainkan rasa lelah yang tiada henti.

Langit kelam yang semula membawa semua kesedihannya dan menumpahkan begitu banyak air mata pada semesta yang gembira kini telah usai. Menyekanya dan meninggalkan begitu banyak rasa perih.

Angin malam yang semakin dingin disetiap detiknya berhembus dengan kencang, menusuk kulit gadis berkuncir kuda yang tengah duduk di bangku taman.

Hiruk pikuk dari kendaraan di jalan raya yang ada dibelakangnya mengiringi gejolak kesal yang ada dalam dadanya. Bahkan bercak hujan yang membasahi semua sisi taman tak mampu untuk menyejukan hatinya.

Aura kekesalan begitu kentara di binar matanya yang terus saja menyorot tajam. Namun, laki-laki berambut sedikit pirang disampingnya itu dengan berani malah terus menatapnya dengan binar bahagia dan sesekali mencolek pipi gadis itu yang membuatnya semakin kesal.

"Jangan nunjukin muka kesal lo, Lin," peringat Satria.

Zeline menghela nafas berat, menatap Satria dengan begitu tajam, "Kamu bisa nggak, nggak ngeselin?"

Mendengar nada bicara Zeline yang terdengar begitu kesal membuat senyum indah di bibir Satria semakin lebar, "Semakin kesal wajah lo semakin cantik, Lin."

Zeline terpaku dengan jawaban Satria barusan. Tidak, bukan jawaban seperti itu yang Zeline harapkan. Zeline lagi-lagi hanya bisa menghela nafasnya, kali ini terdengar lebih berat.

"Kamu kenapa bilang gitu sih sama Bunda?" tanya Zeline.

"Kenapa? Kan emang bener kalau gue calon pacar lo," balas Satria tak mau kalah.

"Aku nggak akan nerima cinta kamu Satria, nggak akan pernah."

Satria mengedikkan bahunya acuh tak peduli, menyandarkan punggungnya pada sandaran bangku membuat baju bagian belakangnya sedikit basah karena bercak hujan yang ada disana.

"Kita lihat aja nanti."

"Jangan bicara aneh-aneh lagi sama Bunda," peringat Zeline.

"Kalau gue nggak bicara aneh-aneh, nggak mungkin lo ada disini sekarang sama gue."

"Satria...," lelah Zeline.

Satria menghela nafas pelan, menegakkan bahunya seraya menatap Zeline dengan lekat, "Coba sebutkan apa yang kurang dan salah dari gue? Lo mau gue jadi orang yang seperti apa? Sebutin biar gue usaha jadi apa yang lo mau."

Lagi-lagi perkataan Satria membuat Zeline terpaku. Apa benar sebegitu besarnya rasa suka Satria terhadapnya hingga rela menjadi apapun yang Zeline mau. Tapi tidak, itu bukanlah definisi cinta yang sesungguhnya.

TITIK SATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang