HALLO!!! HALLO!!! HALLO!!!
Ketemu lagi nih sama Cosu, Cintah!!!
Gimana kabarnya hari ini? semoga baik-baik aja ya.
Jam berapa dan hari apa kamu baca bagian ini?
Kalian lagi seneng atau lagi badmood nih? Kalau Cosu pastinya seneng karena hari ini waktunya TITIK SATU update.
TITIK SATU ini adalah cerita ketiga Cosu dan semoga Cintah semua suka ya!!!
Yuk bantu doa dan share cerita ini supaya sukses dan tamat sampai akhir...
Oiyah, Mimpi atau Cita-cita kalian apa? yuk coret-coret disini supaya Cosu bantu doa.
Sudah siyap baca???
Skuy gasken!!!
________________________________________________________________________________
SELAMAT MEMBACA CINTAH
________________________________________________________________________________
Tidak ada yang tulus karena mereka semua hanya bersembunyi di balik topeng kebaikan.
Rere menjatuhkan bokongnya pada kursi putih, menyandarkan punggungnya seraya merentangkan tangannya ke atas. Ia menarik nafas dalam, menghembuskannya secara perlahan lalu menelungkupkan wajahnya ke atas meja.
"Lo tadi dihukum apa, Re?" Tanya Glenca, berbalik dan mengubah posisinya menghadap Rere.
"Ngecat," jawab Rere singkat. Terus menelungkupkan wajahnya- enggan menatap dua orang yang kini tengah menatapnya.
"Untung gue langsung pergi tadi, kalau nggak gue bisa ikut dihukum," ujar Glenca, memutar duduknya kembali menghadap depan, bersandar seraya memainkan ponselnya.
Rere tersenyum miris. Tidak ada permintaan maaf dan hanya ada rasa sukur. Egois.
"Re. Tapi kan tadi gue udah bantuin lo alihin perhatian Mrs. Evi walaupun lo tetep nggak bisa masuk ke kelas. Baju sama tas gue tetep kan?" tanya Naya, menyentuh lengan Rere yang ia gunakan untuk menyembunyikan wajahnya.
Rere menghela nafas pelan, menarik tubuhnya dan menyandarkannya disandaran kursi, "Lo pilih aja, nanti gue transfer," jawabnya.
Rere bengun dari duduknya, mendorong kursinya ke belakang.
"Lo mau kemana?" tanya Naya, mendongak menatap Rere yang ingin pergi dari tempatnya.
"Cari angin," jawab Rere singkat.
"Lo udah belajar emangnya?" tanya Naya lagi. Langkah kaki Rere kontan terhenti, menoleh seraya menatap Naya dengan penuh tanda tanya.
"Ada ulangan?" Tanya Rere mulai tidak tenang.
Naya mengangguk, "Lo lupa? Kemarin kan gue udah ingetin."
Rere terdiam, mengingat hari kemarin yang mungkin sedikit dia lupakan.
Sore itu Naya memang meneleponnya, membuat latihan renang Rere terhenti sejenak.
"Re. Gue mau ingetin lo kalau besok ada ulangan kimia. Udah gue ingetin ya, jangan lupa transferannya."
Tidak. Rere bukan melupakannya. Tapi Rere saat itu memang tida terlalu mendengarkan, keadaannya sangat riuh kala itu. Suara air yang bergemerecik pun membuat pendengaran Rere sedikit teredam. Saat itu Rere hanya mampu mendengar kalimat terakhir yang Naya ucapkan, karena itu saat sambungan telepon terputus Rere langsung mentransfer sejumlah uang pada temannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK SATU
Ficțiune adolescențiRere, seorang gadis yang mentalnya telah di rusak habis-habisan oleh keluarga. Memiliki tekad kuat untuk membuat sang Papa menyayanginya. Dalam perjalanannya menuju angan bahagia, ada Raga yang selalu berusaha ada untuknya. Membiarkan sang pacar, Ze...