Hallooooo!!! Ketemu lagi sama Cosu.
Hari apa dan jam berapa kalian baca bagian ini?
Siapa yang nungguin cerita ini update? Terimakasih banyak yaaa
Gimana Kabarnya? Semoga sehat selalu :)
Ok. Kita langsung aja.
_________________________________
Selamat membaca Cintah
_________________________________
Menjaga jarak sama dengan menjaga hati. Jika jarak sudah di lewati, maka bersiaplah untuk patah hati.
Satria menatap ke sekelilingnya, Hujan turun dengan semakin deras. Ia mendesah berat lalu menatap Zeline disampingnya yang juga tengah menatapnya dengan bingung.
Tangannya bergerak cepat memindahkan payung itu pada tangan satunya, menyentuh bahu kanan Zeline seraya menariknya lebih dekat untuk menghalau sisi kanan tubuh Zeline terkena rintikan hujan yang bisa membuat gadis itu jatuh sakit.
Zeline yang tidak siap dengan gerakan Satria yang tiba-tiba pun membelalakkan kedua netranya. Kedua netra hazelnya terkunci pada wajah Satria yang ada di atasnya. Tanpa sadar, Zeline menahan nafasnya. Jaraknya dan Satria terlalu dekat.
Zeline berdehem pelan, sedikit menjauhkan tubuhnya namun Satria menahan dengan merangkulnya.
"Nggak nyaman ya?" tanyanya.
Zeline terdiam untuk beberapa saat, lalu kepalanya mengangguk pelan dengan ragu.
Mendengar itu Satria tanpa ragu langsung menjauhkan dirinya, sedikit memberikan jarak untuknya dan Zeline. Membiarkan sisi tubuh sebelah kirinya terkena rintikan hujan. Baginya, hujan tak sebanding dengan gadis di sampingnya.
Melihat itu Zeline langsung menarik ujung kemeja milik Satria, "Baju kamu basah nanti."
Satria terdiam, langsung menoleh dan benar saja. Bajunya sudah lumayan basah. Ia kembali menatap Zeline dan menarik kedua sudut bibirnya, "Nggak masalah."
Zeline berdecak pelan, menarik tubuh laki-laki itu untuk lebih dekat dengannya.
"Katanya nggak nyaman," ucap Satria. Zeline hanya diam, dia sendiri tidak tahu harus menjawab apa.
Zeline memang merasa tidak nyaman berada di satu payung dan dengan jarak sedekat ini dengan Satria. Namun, dia pun tidak akan pernah mungkin membiarkan orang yang telah membantunya jadi kesulitan. Dia masih mempuanyai hati nurani untuk tidak membiarkan laki-laki itu kehujanan dan basah kuyup.
Terjadi keheningan antara keduanya. Satria memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana dan mulai melangkahkan kakinya dengan pelan. Zeline yang sadar pun langsung mengikuti.
Sepanjang perjalanan hanya ada keheningan. Suara rintik hujanlah yang mengisi kehampaan hingga pada akhirnya Zeline lah yang membuka suara terlebih dahulu.
"Tadi pagi kamu nggak sekolah?" tanya Zeline.
Satria yang merasa sangat antusias karena Zeline lah yang lebih dulu membuka suara pun sontak menoleh. Terjadi euforia di dalam sana. Hatinya begitu senang.
Jujur saja. Satria sangat tidak suka dengan suasana sebelumnya. Dia ingin memulai pembicaraan namun dia sadar bahwa Zeline di sampingnya merasa tidak nyaman dan dia tidak ingin membuatnya semakin begitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
TITIK SATU
Teen FictionRere, seorang gadis yang mentalnya telah di rusak habis-habisan oleh keluarga. Memiliki tekad kuat untuk membuat sang Papa menyayanginya. Dalam perjalanannya menuju angan bahagia, ada Raga yang selalu berusaha ada untuknya. Membiarkan sang pacar, Ze...