TITIK SATU 21 - Lembar Baru

2.8K 274 51
                                    

HALLO!!! HALLO!!! HALLO!!!

Ketemu lagi nih sama Cosu, Cintah!!!

Gimana kabarnya hari ini? semoga baik-baik aja ya.

Jam berapa dan hari apa kamu baca bagian ini?

Maap ya baru bisa update ^_^

Maaf lahir batin dan semoga lancar menjalani puasanya untuk yang menjalankan.

Ada yang nungguin cerita ini update nggak sih?

Siapa yang udah rekomendasiin cerita ini ke temen-temennya? Jangan lupa buat ikut ramein cerita ini yah dengan bawa banyak readers untuk baca cerita ini ^_^

Dan kalau posting bagian cerita ini ke instagram, boleh banget tag Cosu🥰

TITIK SATU ini adalah cerita ketiga Cosu dan semoga Cintah semua suka ya!!!

Yuk bantu doa dan share cerita ini supaya sukses dan tamat sampai akhir...

Jangan lupa untuk selalu dukung Cosu dengan Vote dan Coment ya. minimal Vote deh. Belajar untuk menghargai kerja keras orang lain, OK!!!

Oiyah, Mimpi atau Cita-cita Cintah apa? yuk coret-coret disini supaya Cosu bantu doa.

Sudah siyap baca???

Skuy gasken!!!

________________________________________________________________________________

SELAMAT MEMBACA CINTAH

________________________________________________________________________________

Bunga yang layu tidak akan pernah bisa mekar sendiri, butuh air dan pupuk untuk membuatnya kembali tersenyum.


Sore itu, Rere melewati ambang pintu seorang diri tanpa ada Riri di sampingnya. Rere memilih untuk pulang terlebih dahulu dengan menggunakan taksi tanpa mau menunggu Riri yang masih harus mengerjakan beberapa soal dari guru untuk keperluan olimpiade.

Sopir keluarga mereka tentu tidak akan beranjak dari sana sebelum Riri pulang karena itulah yang di tugaskan oleh Lintar, karena itu Rere memilih menggunakan taksi daripada harus menunggu lebih lama lagi.

Saat berada di teras tadi, Rere melihat mobil Papa nya yang sudah terparkir di depan. Ada perasaan senang juga heran. Senang karena Papa nya pulang lebih awal dan heran kenapa Papa nya pulang lebih awal. Ini termasuk hal yang langka.

Rere di sambut oleh bi Lila yang membawa segelas susu cokelat. Langkah Rere terhenti, menatap bi Lila yang tengah tersenyum simpul dengan membawa nampan di tangannya.

“Papa sudah pulang bi?” tanya Rere tak langsung mengambil segelas susu yang bi Lila bawa.

Bi Lila mengangguk, “Sudah non. Baru saja.”

Rere menganggukkan kepalanya, melagkahkan kakinya meninggalkan bi Lila begitu saja menaiki anak tangga yang menuju ke lantai atas.

Sampai di anak tangga terakhir, langkah kaki Rere terhenti. Ia termenung untuk beberapa saat, menolehkan kepala ke kanan dan kiri.

TITIK SATUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang