Sepulang sekolah, Putra mengikuti Tiara dari belakang. Motornya sangat jauh dari motor Tiara, Putra memastikan agar Tiara tak melihatnya dan curiga padanya.
Putra mengerutkan dahinya. Tiara mengarah pulang kerumahnya. "Dia bilang gak pulang ke rumah" ucapnya setelah melihat Tiara memasuki halaman rumahnya.
"Atau dia mau ambil sesua---" ia menghentikan ucapannya melihat Tiara memasukkan motornya ke garasi. "Ini maksud Tiara apa, dia gak jadi pergi" Ia lalu menelpon Tiara.
"Halo"
"Halo Tii"
"Iya kenapa Ra"
"Gue tadi ngeliat motor kamu ke arah rumah kamu. Kamu gak jadi pergi ke apartemen ortu"
"Ha? Jadi kok. Kamu salah orang kali. Ini aku udah di apartemen ortu aku"
"Bohong" batin Putra.
"Ohh kirain gak jadi pergi, kan bisa tu kita ke rumah pak Oji. Haha"
"Hehe maaf ya Ra"
"No prob. Oke kalau gitu"
Putra mengakhiri panggilan telpon mereka.
"Tiara bohong. Untuk apa? Dia menghindar dari gue? Itu berarti apa kemarin dia juga menghindar dari Amel. Gak mungkin sih kalau dia menghindar dari Amel, Amel kan sahabat dia.
Cukup lama ia duduk di motornya melihat rumah Tiara dan memikirkan apa sebenarnya yang terjadi pada Tiara.
"Astaga" Putra menyadari sesuatu.
"Bego. Kenapa baru nyadar sih. Rambut Tiara pendek, mata dia sembab tadi. Jawaban udah ada di depan lo tapi lo gak nyadar Putra. Gue harus samperin dia"
Ponsel Putra berdering.
"Halo. Apaan"
"Eh Putra, kita jadikan ngerjain tugas Sejarah hari ini. Cuma dua hari waktu yang dikasi buat ngerjainnya. Kemarin kan lo sibuk ngedate"
"Oke oke jadi. Kita kerjain di rumah gue aja" Putra memutuskan panggilannya dan melajukan motornya.
"Coba kamu ingat-ingat, Tiara kadang motong rambutnya kan. Nah kalau dia udah motong rambutnya berarti dia udah stress akut"
Ucapan papa Tiara terus terpikirkan oleh Putra. Ia akan sangat menyesal jika memang Tiara memiliki masalah berat dan dia tak bisa menjaga Tiara sesuai janjinya pada papa Tiara.
"Tinggal di print ni" ucap Gunawan. "Putra"
"Hm"
"Ini gue yang print atau lo"
"Lo aja deh, gue ada urusan dulu"
"Oke. Kalau gitu gue pulang"
"Oke"
Setelah Gunawan pergi, Putra pun bersiap-siap untuk pergi ke rumah Tiara. Putra melajukan motornya dengan cepat. Jika biasanya waktu yang Putra tempuh dari rumahnya ke rumah Tiara adalah 20 menit, maka sekarang waktu yang ia tempuh hanya 10 menit. Jalanan yang tidak ramai seperti makin mempermudah Putra untuk cepat sampai di rumah Tiara.
"Haaaaaa" tepat Putra di depan pintu rumah Tiara. Suara teriakan terdengar dari dalam rumah.
Putra yakin kalau suara yang ia dengar adalah suara Tiara. Putra memegang gagang pintu, tak terkunci. Dengan lancang, ia pun membuka pintu tersebut. Dilihatnya bi Tira sedang berdiri di depan pintu kamar Tiara sambil menangis.
Bu Tira yang menyadari seseorang membuka pintu pun mengelap air matanya. Dilihatnya Putra disana, ia pun menghampiri Putra.
"Eh nak Putra. Ngapain kesini"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bofrend
Novela JuvenilSeseorang yang seharusnya bisa kujadikan sahabat, namun hanya kujadikan teman. Menjadi sahabat dalam suatu urusan tertentu, namun menjadi teman dalam urusan tertentu pula. Seseorang yang seharusnya kujadikan teman malah menjadi sahabat. Seseorang ya...