Tiara dan Putra saling kejar-kejaran di jalanan.
"Tiara berhenti" Putra berhasil mengimbangi mobilnya dengan motor Tiara.
Tiara seolah tak mendengar, dia tetap melajukan motornya hingga akhirnya Putra menyerah, sudah 30 menit kejar-kejaran ini berlangsung. Saat Tiara masuk ke lorong rumahnya, Putra pun berhenti mengejarnya, ia memberikan waktu Tiara sendiri.
•••••
Satu minggu setelah kejadian itu, Tiara lebih banyak diam, bahkan di sekolah. Lebih memilih untuk mengangguk ataupun menggeleng, bahkan pada Amel dia bersikap dingin."Tiara. Ini nanti kerja di mana?" tanya Amel setelah guru Bahasa Indonesianya keluar.
"Terserah kamu. Aku ngikut aja"
"Di rumah aku aja?"
Tiara mengangguk
"Ke kantin?"
"Aku mau ke perpus"
"Oke"
Tiara lalu menuju perpustakaan. Saat membaca, ia lalu mendapat telepon dari papanya.
"Halo sayang"
"Iya Pa"
"Papa ganggu gak? Ini jam istirahat kan?"
"Iya Pa jam istirahat"
"Papa mau ngabarin. Nanti sore sidang terakhir papa sama mama kamu"
"Oh"
"Papa harap kamu bisa datang ya nak. Soalnya hak asuh anak juga akan ditentukan"
"Bukannya kalian sudah sepakat? Kenapa harus ada aku juga?" Tiara tak ingin datang, dia tak siap menghadiri acara tidak penting itu yang hanya membuatnya menangis.
"Papa cuma berharap nak untuk kamu datang. Tapi kalau memang kamu punya tugas sekolah, kerjakan tugas sekolah kamu saja, papa gak maksa kamu harus datang"
"Iya Pa"
"Oh iya sayang, papa juga mau ngabarin hari ini bi Tira masih tinggal sama papa ya sayang. Kamu gak papa kan?"
"Iya Pa"
"Yaudah sayang. Papa tutup"
Panggilan berakhir, Tiara mengepalkan tangannya, ia menahan air matanya untuk tidak turun. Namun percuma, ia sudah menangis. Ia lalu mengelap air matanya sebelum ada yang melihatnya.
Orang tua bercerai, bercerai karena sesuatu yang memalukan, seseorang mengancam akan mempermalukannya, orang yang dipercaya mengkhianatinya, seseorang hampir saja melecehkannya, tinggal di rumah seorang diri. Tiara bernafas panjang sambil menutup matanya.
"Oke Tiara tenang" batinnya kembali mengusap air matanya.
Kriingggg
Tiara pun kembali ke kelas setelah bel berbunyi.
"Selamat pagi menjelang siang anak-anak. Sekarang turunkan kembali buku kalian di laci. Ibu mau berikan kuis"
"Ha?" sontak semua berteriak, kecuali Tiara tentunya.
"Astaga Bu, dadakan banget" protes Dina.
"Bersiap, yang saya sebut, berdiri di tempat"
"Christina Santia. Sebutkan yang kamu ketahui tentang ideologi terbuka"
"Yaitu ideologi yang bersifat dinamis dengan menyesuaikan perkembangan lingkungan sekitaranya"
"Baik duduk"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bofrend
Fiksi RemajaSeseorang yang seharusnya bisa kujadikan sahabat, namun hanya kujadikan teman. Menjadi sahabat dalam suatu urusan tertentu, namun menjadi teman dalam urusan tertentu pula. Seseorang yang seharusnya kujadikan teman malah menjadi sahabat. Seseorang ya...