Melihat Tiara mulai menggigil, Putra lalu mengambil remote AC dan menaikkan suhu di dalam ruangan ini.
"Putra"
"Hm"
"Kamu mukulin Randi kan"
"Nggak"
"Aku liat kamu mukulin dia"
"Gak mukulin cuma ngasih dia pelajaran dikit"
"Yaitu mukulin?"
"Nggak"
"Randi.. Randii tadi mau ngapain sebenarnya" air mata Tiara kembali turun. "Dia mau.. dia mele----"
"Hampir Tiara hampir. Belum. Stop" Putra melepaskan pelukannya dan mengusap air mata Tiara.
"Aku gak tau kenapa tadi kepala aku pusing banget"
"Nanti yah aku jelasinnya" Putra ingin Tiara tidur terlebih dahulu. Percuma memberitahunya sekarang, ia tak akan ingat setelah bangun. "Sekarang kamu tidur"
Tiara menggeleng dengan wajah ketakutan.
"Yaudah sini" Putra menarik kepala Tiara untuk bersandar di bahunya dan memeluk Tiara.
Tak lama kemudian, Tiara tertidur.
Putra mengambil ponselnya dan menelpon Toni.
"Halo. Kita jadi pergi ke tempat Bima? Katanya mau ngecek Randi lagi"
"Gue di rumah Tiara"
"Yehh ngapain disana"
"Cepat kesini"
"Ha kenapa? Ah ck oke oke tunggu"
Putra lalu membaringkan Tiara lalu keluar dari kamar dan menuju ke ruang tamu menunggu Toni.
"Eh kenapa si Tiara" Toni langsung masuk dan duduk di sofa.
"Randi datang kesini"
"Ha?! Terus lo ketemu lo hajar gak orangnya"
"Tentu saja. Dia hampir.. ck malas gue"
"Hampir apa?... Astaga ke Tiara?"
"Hm"
"Asli sih. Kenapa gak dilaporin?"
"Gak ada bukti Toni. Kita bisa apa"
"Ck ah. Botol minum juga gak bisa dijadiin bukti. Eh botol minum itu gue liat ada di luar"
"Nanti gue ambil. Gue mau jelasin ke Tiara"
"Tiara pasti kaget sih Put kalau lo kasi tau"
"Yah mau gimana lagi. Kita gak tau, apa kedepannya Tiara ketemu sama orang sejenis Randi"
"Hm yayaya. Tapi lu salah juga sih. Seharusnya dari kemarin tuh lu kasi tau Tiara. Kalau lu kasi tau, diakan jadi tau dan gak bakalan minum. Dan hari ini gak bakalan terjadi"
Putra mengangguk, benar ini salahnya. Ia pikir dapat melindungi Tiara dengan caranya namun ternyata salah. Tiara memang terguncang, Tiara memang stress namun ia masih sadar yang terjadi di sekitarnya. Tiara berhak tau setiap kejadian yang terjadi.
"Tapi.."
"Tapi?"
"Randi bilang, gue bakalan lebih marah kalau gue tahu siapa yang nyuruh dia"
"Buset dia gak main sendiri"
"Nggak. Pertanyaannya siapa yang nyuruh dia"
"Kenapa gak lo paksa ngomong"

KAMU SEDANG MEMBACA
Bofrend
Genç KurguSeseorang yang seharusnya bisa kujadikan sahabat, namun hanya kujadikan teman. Menjadi sahabat dalam suatu urusan tertentu, namun menjadi teman dalam urusan tertentu pula. Seseorang yang seharusnya kujadikan teman malah menjadi sahabat. Seseorang ya...