"Eh nak Tiara kenapa?" ucap Bi Tira saat melihat Tiara berjalan sedikit terpincang.
"Nggak papa bi, mungkin tadi cara bangunnya yang salah"
Bi Tira mengangguk lalu menyiapkan sarapan pagi untuk Tiara.
Tiara sendiri bingung. Tiba-tiba pinggang kanan bawahnya terasa sakit saat bangun tadi. Ketika selesai sarapan, Tiara mencoba berjalan seperti biasa.
"Nggak terlalu sakit" ucapnya dalam hati.
"Aku jalan bi" lanjutnya lalu keluar menuju motornya.
Tiara tinggal berdua dengan pembantunya, orang tuanya sibuk bekerja sehingga mengharuskan mereka untuk menyewa apartemen di dekat kantor. Namun begitu, Tiara tidak merasa keberatan jika seperti ini. Orang tuanya melakukan semua itu demi mencukupi kebutuhan keluarga mereka. Lagi pula orang tua Tiara juga sering pulang ke rumah sehingga Tiara tidak kehilangan kasih sayang dari orang tuanya.
"Uang memang bukan segalanya tapi segalanya butuh uang" kalimat yang sering kali didengar oleh Tiara dan ia menyetujuinya. Tiara sendiri bahkan berdagang online meski orang tuanya memiliki cukup uang. Namun Tiara menyimpan uangnya untuk bekalnya nanti dan Tiara menganggap itu sebagai pengisi waktu luang.
Sesampainya di sekolah. Tiara mencoba untuk berjalan santai seperti biasanya. Saat berada di tempat sepi, barulah ia memelankan jalannya karena nyeri pada kaki kanannya ini sedikit sakit.
"Eh Tii"
Tiara menoleh. Ada Putra di belakangnya. Lantas ia berjalan santai seperti yang dilakukannya sebelum disini.
"Kok pincang?"
"Pincang dari mana" Tiara mengelak
"Salah liat gue tadi"
"Iya. Matamu itu emang nggak beres"
Putra terkekeh. Ia bingung dengan dirinya sendiri. Tiara memang berjalan seperti biasanya, jika dia melihat Tiara pincang seharusnya kaki Tiara terlihat lecet.
•••
Jam pulang berbunyi. Seluruh murid bergerombolan keluar dari kelas mereka masing-masing.
"Wina Tiara bisa cepetan nggak sih"
Putra tak sabaran untuk menutup pintu kelasnya namun Wina dan Tiara masih di dalam kelas mempersiapkan barang mereka untuk pulang.
"Tiara duluan" Wina melambaikan tangan kepada Tiara.
"Oke"
"Ayo Tii, gue laper"
"Iya. Tunggu Putraaa"
Saat melangkahkan kakinya. Tiara merasakan nyeri yang sangat sakit.
"Perasaan tadi nggak sesakit ini" batinnya sambil memegang pinggang kanannya.
Tiara menahan sakitnya. Kakinya tidak bisa ia langkahkan.
"Eh Tii, kok malah berdiri. Cepetan"
Tiara mengatur napasnya. Sedari tadi ia mencoba jalan namun saat mengangkat kaki kanannya, nyerinya malah sampai ke otaknya.
"Kuncinya kamu taruh di atas meja aja deh. Nanti biar aku yang kunci. Daripada kamu telat"
Putra mengerutkan keningnya melihat Tiara yang berkeringat padahal hanya berdiri disana.
"Kenapa emangnya" Putra lalu memasuki kelas menuju ke Tiara.
"Nggak papa. Soalnya kamu kan buru-buru"
"Maksud gue, kenapa emangnya kamu nggak pulang"
Tiara tidak menjawab. Ia memegangi pinggangnya yang terasa sakit.

KAMU SEDANG MEMBACA
Bofrend
Fiksi RemajaSeseorang yang seharusnya bisa kujadikan sahabat, namun hanya kujadikan teman. Menjadi sahabat dalam suatu urusan tertentu, namun menjadi teman dalam urusan tertentu pula. Seseorang yang seharusnya kujadikan teman malah menjadi sahabat. Seseorang ya...