Tiara melihat dirinya di westafel lalu keluar setelah mendengar ketukan pintu.
"Hai, you okey?" tanya Kiano.
"Hm ya khem I'm okey" Tiara lalu melihat Putra. "Putra, aku.. aku minta maaf" ucapnya bergetar.
"Hei, okay aku mengerti" Putra lalu memegang lengan Tiara menenangkannya.
Tiara terdiam lalu menunduk, tidak, ia telah salah paham terhadap Putra. Air matanya pun berhasil lolos.
Putra lantas memeluk Tiara setelah mendapat anggukan oleh Kiano. "It's oke Tii, udah ya" ucapnya sambil mengelus punggung Tiara.
"Aku minta maaf Ra, aku gak dengar ucapan kamu, aku gak percaya sama kamu"
"No problem, aku ngerti"
Tiara lalu melihat Kiano yang tersenyum padanya, ia tersenyum kembali lalu melepas pelukan mereka.
Putra mengusap air mata Tiara dan mereka bertiga lalu kembali ke pesta.
Sari mengepal tangannya melihat Putra dan Tiara berpelukan. "Apa yang terjadi di antara mereka" ia lalu menghubungi Randi. "Halo, lo dimana? Jemput gue jam 11 malam nanti" ucapnya lalu mematikan ponselnya dan pergi dari tempat gelap itu.
Sedangkan di tempat lain, Randi dan Bima sedang bersantai di cafe.
"Sari minta dijemput nanti malam"
"Hmm.. Jujur gue gak nyangka si Sari itu cewek kek gitu. Gue gak masalah sih sebenarnya lo mau main sama cewek, tapi lo benar-benar diperalat bro. Itu hak lo mau ninggalin dia atau tetap bertahan. Tapi kalau lo milih bertahan sama dia, gue benar-benar gak bisa pertahanin lo di geng"
Randi terdiam, memikirkan ucapan Bima. Satu sisi dia tak ingin kehilangan Sari karena ia benar-benar menyayangi perempuan tersebut tapi yang diucapkan oleh Bima benar, ia telah diperalat oleh Sari.
"Bukannya gue mau akhirin pertemanan kita yang udah lama ini, tapi sebagai ketua gue gak mau anak-anak lain merasa kecewa ataupun luka karena geng Eagle. Lo tau sendiri Kin gimana kalau udah puncak kemarahan dia. Bahkan yang kemarin itu gak seberapa buat dia"
"Hm gue tau"
"Jadi apa keputusan lo?"
"Gue bakalan mutusin dia"
Bima tersenyum lalu menepuk bahu Randi dan meminum minumannya.
"Selamat om atas pernikahannya, saya harus balik duluan" pamit Kiano.
"Oh kenapa buru-buru?"
"Saya ada urusan sebentar om"
"Ah yaya, Tiara?"
"Aku ikut Kiano"
"Kok balik juga sayang, nanti malam aja, nanti sopir papa yang antar. Lagipula disini ada Putra bisa temenin kamu, ada Sari juga kalian bisa ngobrol-ngobrol"
"Tapi pa-"
"Benar kata papa kamu, kamu tinggal aja dulu disini" potong Kiano. Ia ingin Tiara menikmati waktu bersama papanya maupun memperbaiki hubungannya dengan Putra.
Tiara mengangguk pelan. "Aku antar Kiano ke depan"
Santoso mengangguk
"Gue duluan" ucap Kiano dan mendapat anggukan oleh Putra.
Tiara dan Kiano keluar dari ruangan yang ramai ini menuju parkiran.
"Apa kamu gak telat?" tanya Tiara melihat jamnya menunjukkan pukul 7 malam.
"Nggak kok"
"Hm, kamu kira-kira balapan jam berapa?"
"Jam 10 11 mungkin"
KAMU SEDANG MEMBACA
Bofrend
Teen FictionSeseorang yang seharusnya bisa kujadikan sahabat, namun hanya kujadikan teman. Menjadi sahabat dalam suatu urusan tertentu, namun menjadi teman dalam urusan tertentu pula. Seseorang yang seharusnya kujadikan teman malah menjadi sahabat. Seseorang ya...