Persiapan Keberangkatan

4 1 0
                                    

Setelah aku membuka topeng ku dan memberitahukan indentitas ku. Seperti yang di sepakati Ardelia akan sedikit melatih ku sihir.

"Baiklah, tahap pertama untuk menggunakan sihir itu mudah... Imajinasi... Ya-" Ardelia mulai menjelaskan. Tapi kalimatnya terpotong oleh kalimat ku.

"Imajinasi? " Aku memotong kalimat Ardelia. Aku bingung. Apakah itu sesimpel yang kupikirkan atau sesuatu yang lebih kompleks.

"Shuttt... Jangan memotong kalimat ku. Aku sudah mengantuk. Akan ku jelaskan nanti. " Ardelia menyuruh ku diam.

Aku segera menutup ku setelah itu.

"Baiklah, akan aku ulangi... Tahap pertama dalam menggunakan sihir adalah imajinasi... Kemudian keluarkan energi sihir di dalam tubuh mu menuju tangan kanan mu... " Ardelia menjulurkan tangan kanannya. Nampak sebuah energi tipis yang terlihat di sana.

"Dan setelah kau selesai mengeluarkan energi sihir  maka yang perlu kau lakukan selanjutnya adalah mengendalikan energi sihir itu... Merubahnya menjadi apapun yang kau mau sesuai dengan imajinasi mu."

Energi sihir yang berkumpul di tangan Ardelia mulai berubah menjadi api. Api itu berjalan dan mengelilingi ku. Berubah lagi menjadi air. Air itu membentuk seekor kuda. Mengelilingi Ardelia.

Aku terus memperhatikan sihir yang di gunakan oleh Ardelia dengan takjub.

Ardelia terus mengendalikan air itu. Mengarahkannya ke wajah ku. Membuat wajah ku basah kuyup.

"Cukup untuk sekarang... Aku mau tidur. " Ardelia segera berjalan mendekati kepala desa.

"Tuntun aku ke kamar! "

"Baik... Kau adalah seorang penyihir yang sangat mengagumkan. Aku tidak pernah melihat sihir semulus itu. " Pak kepala desa mulai memuji Ardelia selagi mereka berjalan menuju kamar tamu.

"Terima kasih... Aku sudah mempelajari sihir sejak kecil. " Ardelia mengucapkan terima kasih dengan senang.

Mereka berdua segera pergi ke lantai 2. Meninggalkan aku sendirian di ruang tamu.

Begitu mereka berdua tidak lagi terlihat aku mulai fokus terhadap diri ku sendiri.

Jadi begitu cara menggunakan sihir. Aku akan mencobanya. Aku mulai fokus dengan tangan ku. Mengimajinasikan apa yang ingin aku buat. Begitu aku terpikirkan tentang apa yang ingin aku buat aku segera mengeluarkan energi sihir dari tangan ku.

Aku kemudian berusaha mengendalikan energi sihir itu sekuat tenaga. Tapi energi sihir itu tidak menunjukkan tanda-tanda perubahan bentuk.

Aku segera menghentikan pengeluaran energi sihir ku.

"Bagaimana? Apakah kau bisa? " Kepala desa bertanya kepada ku dari lantai atas. Dia baru saja kembali dari mengantarkan Ardelia ke kamarnya.

"Sepertinya memang tidak semudah itu... Bagaimana dengan dirinya? " Aku bertanya tentang kondisi Ardelia.

"Tertidur lelap dengan sangat cepat. " Kepala desa turun tangga perlahan-lahan.

"Begitu... "

"Bagaimana dengan mu? Apakah kalian akan tidur satu kamar? " Kepala desa bertanya kepada ku.

"Tidak... Hubungan kami tidak atau belum sampai seperti itu. " Aku menggelengkan kepala ku.

"Begitu. Lagipula kau juga masih sangatlah muda... Berapa usia mu? " Kepala desa berjalan mendekati ku. Menatap wajah ku lamat-lamat.

"Usiaku masih 15 tahun... Sebentar lagi 16. "

Kepala desa yang sudah tua itu meletakkan tangan keriputnya di pundak ku.

Adam, The Hero ChallengerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang