2 Hari telah berlalu semenjak aku tersadar dari tidur ku. Besok adalah hari di mana kami kembali ke Valtia.
Tubuh ku semakin membaik setiap harinya. Sekarang aku bahkan sudah bisa berjalan sendirian meskipun agak kesusahan.
Aku berjalan tanpa topeng ku di tengah desa di malam hari. Berjalan menuju salah satu bangunan yang terlihat ramai oleh orang.
*Kling, kling... *
Bunyi bell bisa terdengar begitu aku masuk ke dalam bangunan itu.
"Hei! Lihat siapa yang datang kemari! Adam sang penantang pahlawan. " Seseorang yang sedang mabuk langsung merangkul ku begitu aku masuk.
"Ugh! Jangan sentuh tubuh ku! Itu cukup sakit... Dan tolong panggil aku Adalin untuk saat ini. " Aku melepaskan pegangan orang mabuk yang merangkul tubuh ku.
Benar. Yang aku masuki sebelumnya adalah sebuah bar di Desa Tilva. Ada banyak orang di dalam bar itu. Beberapa orang sudah mulai minum-minum dan mabuk. Aku datang kemari hanya karena ingin saja, tidak ada alasan khusus.
Aku berjalan mendekati konter bar. Duduk di atas kursi.
Di balik konter bar ada seorang bartender yang sudah cukup tua. Rambut, janggut, serta kumisnya sudah memutih semua. Akan tetapi meskipun begitu bartender itu memiliki tubuh yang cukup kekar.
"Apa yang ingin kau pesan? Semua yang ada di sini gratis untuk mu. " Bartender berbicara seperti itu kepada ku.
"Gratis ya... " Aku bisa menebak kenapa semua di gratiskan untuk ku.
"Kalau begitu aku ingin makanan terenak dari sini. " Aku memberitahu pesanan ku.
"Bagaimana dengan minumannya? Segelas Bir? Atau mungkin koktail saja? " Bartender menawari ku minuman beralkohol.
"Segelas susu coklat saja sudah cukup... Aku belum cukup umur untuk meminum alkohol. " Di negara ini kau di perbolehkan untuk meminum alkohol begitu kau berusia 16 tahun. Sedangkan saat ini aku masih 15 tahun.
"Jadi kau benar-benar masih 15 tahun? " Bartender bergumam sambil mulai menyiapkan pesanan ku.
"Iya, aku memang masih 15, ada apa dengan itu? " Aku menjawab sambil menunggu pesanan ku.
"Tidak... Hanya saja sikap mu di medan pertempuran beberapa hari yang lalu sama sekali tidak menunjukkan perilaku seorang anak berusia 15 tahun. Apa yang membuat mu begitu berani? " Bartender kembali bertanya.
"Entahlah, aku hanya berpikir bahwa aku harus melakukannya apapun taruhannya. Mungkin karena aku terlalu banyak membaca kisah-kisah pahlawan." Aku menjawab dengan santai.
"Membaca kisah-kisah pahlawan ya... Dan sekarang kau sendiri yang menantang pahlawan itu. " Bartender itu menatap ku.
"Biarkan saja, masalah itu tidak usah kau pedulikan. "
"Memang, lagipula berita tentang mu di lupakan dengan cepat... Mungkin karena bahkan setelah satu bulan mereka masih belum pernah mendengar seseorang bernama Adam. Mungkin orang-orang berpikir kau sudah mati. " Bartender itu memberikan pendapatnya.
Adam, itu adalah nama asli ku. Tapi selama satu bulan ini aku menggunakan nama palsu, yaitu Adalin.
Awalnya nama Adam cukup di kenal sebagai seseorang yang menantang pahlawan berduel. Tapi nama itu tidak bertahan lama. Sekarang nama Adalin sebagai petualang lah yang sedang naik daun.
Itu artinya topeng ku berfungsi dengan cukup baik. Aku sekarang memiliki 2 nama dalam satu tubuh. Tapi aku berencana untuk mengungkapkan identitas saat duel nanti. Aku akan mengungkapkan bahwa Adam dan Adalin adalah satu orang yang sama. Aku akan mengungkapkannya, kenapa? Jawabannya adalah karena aku membenci topeng ini. Rasanya seperti aku harus selalu bersembunyi dari orang lain. Itulah kenapa aku berencana melepaskan topeng ini begitu duel telah terlaksana.
![](https://img.wattpad.com/cover/289689456-288-k242234.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam, The Hero Challenger
ActionFirst series. Latar=Dunia Escavor (Dunia Sihir) *** Adam, seorang manusia yang menantang duel sang pahlawan demi memperebutkan cinta. Demi bisa bersaing dia pergi meninggalkan banyak hal. Keluarga, teman, kampung halaman, dan bahkan orang yang dic...