Rencana dan pengungkapan

3 1 0
                                    

Aku dan Ardelia terus berjalan. Hingga akhirnya kami berdua tiba di Desa Tilva saat matahari sudah sepenuhnya tenggelam.

Desa terlihat sangat sepi begitu kami tiba.

"Kemana para warga? " Ardelia bertanya sambil menjaga jarak tetap dekat dengan ku.

"Mungkin berada dalam rumah. " Aku melihat-lihat ke rumah-rumah yang berjejer di pinggir jalan

"Benar. Aku juga akan tetap di rumah jika ada banyak Goblin di sekitar. " Ardelia terlihat khawatir dengan para penduduk.

Aku dan Ardelia terus berjalan. Berhenti di depan rumah paling besar di desa itu. Rumah kepala desa.

*Tok! Tok! Tok!... *

Aku mengetuk pintu rumah itu.

Tak perlu menunggu lama pintu pun terbuka. Menampakkan seorang pria tua di balik pintunya. Pria itu adalah pemilik rumah ini. Si kepala desa

"Siapa kalian? " Pria tua itu menatap kami dengan curiga.

"Kami berdua adalah petualang yang di kirim guild petualang. " Aku menjawab dengan segera.

"Apa rank kalian? " Pria itu menanyakan rank petualang kami.

"Aku petualang rank-F. "

"Aku rank-E. "

Aku dan Ardelia segera memberitahu rank kami.

"Rank-F! Rank-E!... Guild petualang benar-benar meremehkan masalah ini. " Pria tua itu membuka pintu lebar-lebar dengan marah. Dia membiarkan kami masuk.

Pria itu dan kami segera berjalan di dalam rumah kayu itu. Berjalan menuju ruang tamu.

"Duduklah! Akan ku buatkan secangkir teh. " Pria itu meninggalkan kami di ruang tamu.

Aku dan Ardelia segera duduk di kursi.

Selang beberapa saat orang itu kembali sambil membawa sebuah nampan dengan teko dan cangkir di atasnya.

Dia meletakkan nampan itu di atas meja. Menghidangkan secangkir teh untuk kami.

"Terima kasih. "

Aku dan Ardelia segera meneguk teh itu dengan cepat. Kami sangatlah haus setelah perjalanan jauh.

"Tidak perlu terburu-buru. Minumannya tidak akan lari ke mana-mana. " Pria tua itu kembali menuangkan teh ke cangkir kami berdua. Setelah itu dia duduk berhadap-hadapan dengan kami.

Pria tua itu hanya duduk diam. Tidak berbicara satu patah katapun. Dia terlihat sedang memikirkan sesuatu dengan serius.

"... Sebaiknya kalian kembali ke Valtia besok pagi. " Pria tua itu akhirnya mulai berbicara. Dia menyuruh kami kembali.

Aku dan Ardelia terlihat kebingungan mendengarkan itu.

"Ada begitu banyak Goblin di sekitar sini. Jumlahnya bahkan tidak kurang dari 500. " Pria tua itu mulai menjelaskan.

"Tidak mungkin kalian berdua yang hanya petualang ranked dan rank-E untuk melindungi desa ini sendirian. " Wajah pria tua itu terlihat suram.

"Kau tidak perlu khawatir... Bantuan resmi dari guild petualang akan segera datang. " Ardelia berusaha meredakan rasa khawatir pria tua itu.

"Bantuan?... Berapa lama bantuan itu akan datang?! Menunggu kami semua tewas di tangan Goblin... Lusa sudah ada yang tewas saat sekelompok kecil Goblin datang menyerang desa ini... Kemarin juga ada penyerangan yang menyebabkan satu keluarga tewas terbantai... Dan setelah kejadian itu kau masih ingin bilang untuk kami tidak perlu khawatir?! " Pria tua itu berbicara dengan putus asa. Rasa marah bercampur dalam kata-katanya.

Adam, The Hero ChallengerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang