Akhir Pertempuran

6 1 0
                                    

Aku dan lich itu saling mengayunkan senjata kami.

*Ting! *

Senjata kami berbenturan. Kami saling memunggungi satu sama lain.

Aku dan lich itu segera membalikan badan kami secara bersamaan. Mengayunkan senjata kami lagi.

*Ting! Ting! Ting! *

Kami berdua saling beradu pedang secara terus menerus. Tebas,tangkis dan hindari. Suara denting pedang terus terdengar dengan jelas di dalam ruangan.

Aku mengayunkan belati di tangan kanan ku.

Lich itu sedikit bergerak ke samping untuk menghindari belati ku. Dia segera ganti mengayunkan pedang-nya.

*Ting! *

Aku menggunakan belati di tangan kiri ku untuk menangkis tebasan pedang miliknya.

Aku mengalihkan serangan lich itu ke tanah. Melompat dan kemudian menendang kepala lich itu. Membuatnya terseret mundur jauh kebelakang.

*Sreeettt... *

Lich itu menggunakan pedangnya untuk menghentikan pergerakannya. Dia segera mengayunkan pedang-nya setelah dia berhenti.

*Slash.*

Lich itu menembakkan gelombang hitam ke arah ku. Gelombang hitam itu melaju dengan cepat.

Merasa satu tebasan tidak cukup. Lich itu segera menebaskan pedang-nya secara bertubi-tubi ke udara. Mengeluarkan banyak gelombang hitam lainnya.

*Slash, slash, slash... *

Aku segera bergerak untuk menghindari gelombang hitam itu. Melompat, menunduk, berputar ke kiri, berputar ke kanan. Aku bergerak dengan lincah menghindari gelombang hitam itu.

Aku meluncur menggunakan lutut ku untuk menghindari gelombang hitam terakhir. Aku segera dengan lihai memainkan belati di tangan ku. Menebas perut lich itu.

"Ugh. " Lich itu memegangi perutnya. Dia dengan cepat segera mengayunkan kakinya. Menendang ku dengan keras.

*Whoosshh... *

Belati di tangan ku terlepas. Aku terhempas dengan kecepatan tinggi.

*Bam! *

Aku menghantam dinding dengan keras. Bahkan dinding yang ku hantam hancur.

Lich itu segera bergerak dengan cepat mendatangi ku saat aku masih terbaring. Mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Mengayunkan pedang-nya ke arah ku.

Sial! Aku memandang pedang hitam yang di ayunkan langsung ke arah ku. Aku benar-benar berpikir bahwa aku akan mati kali ini. Tapi tiba-tiba...

*Jleb.*

Tanah mencuat dari belakang lich. Menusuk tangan kanannya. Membuat tangan kanannya yang menggenggam pedang terputus. Tangan miliknya masih memegang pedang meskipun sudah terpisah dari tubuhnya.

Aku terkejut dengan kondisi yang tiba-tiba berbalik. Tapi aku tidak akan melepaskan kesempatan emas seperti ini.

Aku segera menggerakkan tangan ku. Menangkap pedang hitam milik lich sebelum menyentuh tanah. Dan...

*Slash. *

Aku menebas badan lich itu menjadi dua antara atas dan bawah. Lich itu segera tumbang. Hanya saja tubuhnya masih ada. Dia tidak berubah menjadi debu.

Untuk jaga-jaga aku menebas leher lich itu. Memisahkan antara kepala dan tubuh bagian atasnya.

Tidak ada reaksi. Lich itu benar-benar sudah mati.

Adam, The Hero ChallengerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang