Boss Undead, lich

4 1 0
                                    

Aku dan Ardelia menghadapi mumi di depan kami.

Mumi itu memiliki perban yang longgar di seluruh tubuhnya. Dan dia bisa mengendalikan perban itu dengan bebas.

Mumi itu mengendalikan perban-nya. Melilit aku dan Ardelia.

"Ugh."

Aku dan Ardelia berusaha melepaskan diri. Tapi percuma. Perban ini cukup kuat.

Aku menggerakkan tangan ku. Menyentuh perban itu.

*Wosh... *

Aku mengeluarkan api dari tangan ku. Membakar perban itu.

Nyala api itu segera merambat melalui perban. Ikut serta membakar mumi itu.

"Itu mudah. " Aku menatap mumi yang terbakar itu.

"Sepertinya api adalah kelemahannya. " Ucap Ardelia.

"Kalau begitu... " Aku segera berlari ke arah kerumunan undead yang mendekat. Menembakkan bola api dari tangan.

*Whoosshh... Bang! *

Kena! Bola api itu mengenai salah satu undead. Membuatnya terbakar. Undead itu meronta-ronta. Berlari ke kiri dan ke kanan. Membuat api tersebar hingga membakar seluruh undead yang ada.

"Itu terlalu mudah. " Aku menatap seluruh Undead yang terbakar itu. Tak lama kemudian mereka semua tewas. Meninggalkan batu sihir.

Seluruh batu sihir itu terlihat bergerak. Berkumpul ke arah Ardelia.

Ardelia segera menyimpan batu sihir itu di dalam cincin penyimpanan-nya.

"Wow, sihir angin mu sangatlah halus. Itu seperti kau sedang menggunakan telekinesis. " Aku memuji Ardelia.

"Suatu saat kau pasti juga bisa. Tenanglah, waktu mu masih panjang. " Ardelia mulai berjalan.

"Tapi kurasa 5 bulan bukanlah waktu yang banyak... Terserah lah. " Aku segera berlari mengejar Ardelia.

***
Aku dan Ardelia melanjutkan perjalanan kami.

*Wosh... *

Suara api dan teriakan bisa terdengar dari dalam dungeon.

Kami terus menghadapi undead yang mendatangi kami satu persatu. Skeleton, zombie, mumi, dan sekarang yang ada dihadapan kami, ghost.

Aku berlari ke arah ghost itu. Memukulnya dengan telapak tangan.

*Whoosshh... *

Pukulan ku menembus ghost itu. Aku tidak bisa menyentuhnya sama sekali.

"Awas! " Ardelia mempersiapkan sebuah bola api.

Aku segera melompat menjauhi ghost itu.

Ardelia melemparkan bola api miliknya. Tapi sama saja. Bola api itu menembus ghost itu.

"Ardelia! Coba bekukan dia! " Aku menyuruh Ardelia.

Ardelia mengangguk. Dia menghentakkan kakinya ke tanah dengan keras.

*Freeze... *

Tanah segera membeku. Menjalar hingga mengenai ghost itu. Ghost itu segera membeku. Menjadi patung es.

Aku dan Ardelia berjalan mendekati ghost itu.

"Makhluk seperti angin. " Ardelia memandang patung es ghost itu.

"Mungkin itu memang... " Aku menyentuh ghost yang membeku itu.

*Krak. *

Patung es ghost itu segera hancur hanya dengan sedikit sentuhan.Dalam dari patung es itu hampa. Hanya berisi udara. Rasanya seperti menyentuh lapisan tipis es.

Adam, The Hero ChallengerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang