Part 5

47.4K 2.6K 52
                                    

Happy Reading
Don't Forget to Comment and
Vote

~~00~~

~~00~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
















Tubuh Reynhard seketika luruh berangsur jatuh kelantai pasca kepergian Sarah dari ruangan kerjanya.

Mata pria itu berkaca-kaca, tangannya mengepal, pun pandangannya tampak kosong.

Hati Reynhard kini diselimuti rasa bersalah dan penyesalan yang teramat besar. Sakit sekali.

Dia menerawang kembali hari itu. Hari dimana ia mengusir Aleisha dengan begitu kejamnya tanpa berpikir panjang.

"Breng***."

"Sia*an."

"Jal***."

Sungguh pria itu ingat, bagaimana mulutnya yang penuh akan dosa ini melontarkan cacian dan hinaan keji pada istrinya sendiri.

Tidak hanya itu. Perasaannya bertambah sakit kala mata birunya yang basah melirik kearah tangan besar nan kekar miliknya.

Tangan itu. Ia ingat dengan jelas jika tangan itulah yang terangkat untuk menanamkan luka secara bertubi-tubi pada tubuh istrinya bak manusia tak berakal.

Ya Tuhan, bagaimana ini?. Ia benar-benar telah menyakiti fisik dan hati Aleisha secara bersamaan.

Air mata yang sedari tadi ia tahan akhirnya meleleh dan mengalir deras membasahi wajah tampannya.

Bibir tipisnya yang bergetar terus menggumamkan kata maaf kepada sang istri.

"Maaf Aleisha."

"Maafkan aku."

Betapa bodohnya dia ini, tidak mau mempercayai istrinya dan malah mempercayai perkataan Sarah yang sama sekali belum ia ketahui kebenarannya.

Andai saja Ya Rabb. Andai, ia percaya pada Aleisha dan mau mendengarkan penjelasan istri tercintanya itu, semua pasti tidak akan seperti ini.

"Dasar bodoh."

"Bodoh kau Reynhard."

"Bodoh, bodoh, bodoh." pekik Reynhard merasa kacau.

Ayah satu anak itu berucap sambil terus memukuli kepalanya. Ia lalu menjambak surai bewarna coklat gelap kepunyaannya dengan sangat keras.

Leonard yang sedari tadi diam akhirnya berjalan mendekati sang adik yang terus meracau meruntuki kebodohannya.

"Breng***."

"Baji****."

"Jahat sekali."

"Aku benar-benar jahat."

Amour (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang