Part 34

16.7K 1K 99
                                    

Happy Reading
Don't Forget to Comment And
Vote

~~00~~










"Who's that?" dua kata yang terlontar dari mulut istri tercintanya itu berhasil membuat Leonard seketika lupa cara berbahasa.

Dengan diiringi rupa yang tampak sangat pucat Leonard mencoba menatap wajah dingin sang istri.

"Sa-sayang sejak kapan kamu disini?"

"That is such an unimportant question. Just tell me siapa yang menelfon mu barusan?" tanya Aurel dengan nada menuntut disetiap kalimatnya.

"............" Leonard hanya diam. Pikirannya kacau. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Hal ini terlalu tiba-tiba untuknya.

Aurel yang melihat keterdiaman suaminya lantas tersenyum kecut.

"Jadi kamu tidak ingin menjawab?. Baiklah kalau begitu. Mungkin aku memang tidak memiliki kapasitas untuk mengetahui urusanmu. Sorry, I'm leave" ujar Aurel seraya memutar badan berniat pergi dari sana.

Leonard yang menangkap perkataan istrinya barusan seketika panik bukan main. Ia dengan segera berlari menyusul Aurel lalu meraih tangan lembut wanita cantik tersebut demi menghentikan pergerakan sang istri.

"Sayang, sayang bukan seperti itu"

"Tolong dengarkan aku dulu sayang" sungguh Leonard benar-benar takut. Ia sangat tahu bagaimana watak wanitanya itu. Sekali saja berbuat kesalahan maka akan sangat sulit untuk mendapatkan kata maaf dari Aurel.

Perempuan yang telah menemaninya selama balasan tahun itu begitu tegas pembawaanya. Sejak awal memang bukan Aurel yang membutuhkannya tapi dirinya lah yang membutuhkan Aurel untuk menemani hidupnya.

Bukan hal yang sulit bagi Aurel untuk mendapatkan pria yang jauh lebih baik diatasnya. Lagipula siapa yang tidak mau dengan istrinya. Wanita yang begitu cantik parasnya, tinggi, cerdas, mandiri, dan sifatnya yang keibuan sudah pasti akan dengan mudah memikat hati para pria diluaran sana. Bahkan dalam keadaan sudah bersuami dan memiliki 2 orang anak Aurel masih sering mendapatkan ajakan menikah dari rekan kerja Leonard.

Itulah kenapa Leonard tidak pernah berani bermain main dengan istrinya. Ia sangat bergantung pada Aurel. Jika saja wanita tersebut meninggalkanya sebarang masa dapat ia pastikan hidupnya akan langsung hancur tanpa sisa.

Saat ini yang menjadi ketakutan terbesar Leonard adalah bila Aurel mengetahui rahasia besar yang telah ia pendam selama 14 tahun lamanya. Rahasia yang bisa saja membuat Aurel pergi dari sisinya dan membuatnya merasa lebih baik mati daripada harus kehilangan sang belahan jiwa.

"Sayang yang menelfonku tadi bukan siapa-siapa. Dia hanyalah kolega bisnisku yang menanyakan proyek kerjasama kami pekan lalu" ucap Leonard mendapat tatapan datar dari sang istri. Setelahnya Aurel terkekeh sinis.

"Kamu pikir aku bodoh. Bagaimana bisa disebut rekan bisnis kalau saat menelfonnya saja kamu menyebut dirimu dengan panggilan Papi" serang Aurel telak membuat Leonard seketika mati kutu. Pria tampan tersebut terlihat berusaha memutar otak guna mendapatkan jawaban yang bisa meyakinkan istrinya.

"I-itu tadi putranya, iya putranyalah yang berbicara denganku sebelum telepon berakhir"

"Wow tampaknya kamu dekat sekali dengan putra kolega bisnismu itu sampai dia memanggilmu dengan sebutan Papi yang bahkan kamu sama sekali tidak merasa keberatan atasnya"

"It's not like that honey"

"Then what?" jawab Aurel cepat membuat Leonard kehabisan kata-kata. Suaminya itu seperti orang yang sedang ketakutan tapi berusaha menutupinya.

Amour (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang