Part 22

31.1K 1.6K 49
                                    

Happy Reading
Don't Forget to Comment And
Vote

~~00~~





















Paris, France 10.00 am

ReyG Corporation

"Woah.. kantor Daddy besar juga ya, kaya punya Mommy" ujar King dengan mata berbinar yang tak pernah lepas menatap gedung tinggi dihadapanya.

Reynhard terkekeh melihat tingkah putra bungsunya itu.

"Masih ada yang lebih besar" ucap Reynhard membuat King seketika memandangnya.

"Serius?"

"Iya"

"Wow.."

"Kalau boleh tahu kantor yang mana Daddy?" tambahnya.

"Yang ada di London" jawab Reynhard.

King mengangguk. Setelahnya ia melamun seraya membayangkan sebesar apa perusahaan yang Daddy-nya maksud itu.

Beberapa saat kemudian, Reynhard yang melihat putranya terus saja diam lantas menepuk pelan pundak King.

"Ayo masuk!" ajaknya.

"Iya Dad"








~~00~~











Reynhard room

"Kamu disini dulu, Daddy akan menemui rekan kerja Daddy untuk meeting sebentar" kata Reynhard seraya mengusap lembut rambut lebat sang putra.

"Iya Daddy" patuh King menerbitkan senyuman diwajah ayahnya.

"Kalau membutuhkan sesuatu langsung beritahu Uncle Jack. Nanti setelah meeting selesai Daddy akan kembali dan mengantar King pulang"

Tanpa banyak bertanya King segera menunjukkan jempol tangannya. "Okey"

"Great"

Cup

"Daddy pergi dulu" pamit Reynhard seraya beranjak keluar dari ruangan kerjanya pasca memberikan kecupan singkat dipipi si anak.

King senantiasa menatap kepergian sang Daddy hingga setelahnya dia beralih menatap Jack yang ada disampingnya.

"Uncle" panggilnya.

"Iya tuan muda?" respon Jack menanggapi tuan mudanya.

"King lapar hehe.." senyum malu meliputi rupa remaja tampan itu.

Jack ikut tersenyum. Tak menghabiskan banyak waktu, Pria itu segera memesankan makanan untuk cucu bungsu keluarga Geraldo tersebut.










~~00~~












Paris, France 02.00 pm

Aleisha sedang menonton televisi sembari memakan camilan didalam sebuah toples yang ada dipangkuannya.

Perempuan cantik itu memang sedang tidak bekerja hari ini. Dia mengambil cuti 2 hari untuk istirahat dan bersantai di rumah.

Ketika sedang menikmati film yang ia setel, tiba-tiba suara deru mesin mobil terdengar sampai ke telinga Aleisha.

Dia mengalihkan pandangan ke arah pintu utama rumah.

"Siapa itu?" gumamnya penasaran.

Aleisha beranjak dari duduknya dan berjalan kedepan untuk mengecek siapa orang yang baru saja memasuki pekarangan rumahnya.

Ceklek

Rasa terkejut tak dapat Aleisha tampik kala matanya menangkap siluet sebuah mobil yang sangat dikenalinya.

Tidak berhenti sampai disitu, keterkejutannya bertambah kala dia melihat putranya keluar dari mobil itu bersamaan dengan sang pemilik mobil yang tak lain adalah suaminya sendiri.

Keduanya berlalu menghampiri Aleisha yang sedang berdiri diam di pelataran rumah.

Banyak sekali pertanyaan yang ada dibenak ibu tiga anak itu.

"Bagaimana bisa King pulang bersama Reynhard?" herannya bertanya didalam hati.

"Mommy"

"Mom" panggilan kedua King mampu menyadarkan Aleisha dari keterdiamannya.

"I-iya" saut Aleisha.

Remaja tampan itu meraih tangan sang Mommy dan menciumnya sedikit lama.

"Assalamualaikum Mommy"

"Waalaikumussalam" balas Aleisha singkat.

"King"

"Iya Mom"

"Setelah ini langsung masuk ke kamar. Jangan keluar sebelum Mommy datang karena ada sesuatu yang harus kamu jelaskan pada Mommy"

King merasa sedikit takut kala melihat ekspresi wajah serius Mommy-nya. Jika sudah seperti ini artinya Aleisha sedang dikuasai emosi.

"Tap-"

"Got it?" tekan Aleisha memotong protesan King.

Merasa tidak bisa lagi melawan Mommy-nya, King pun dengan sedikit lesu menuruti perintah sang Mommy.

"Yes Mom, I got it"

"Masuklah!"

Setelah memastikan sang putra sudah masuk ke dalam rumah, Aleisha lantas membalikkan badannya dan menyorot tajam wajah ruapawan sang suami.

"Kenapa putraku bisa ada bersamamu?"

"Putra kita" ucap Reynhard membenarkan.

"Dia putraku, bukan putramu"

"Why you always be like this Aleisha?" tanya Reynhard tak mengerti.

"Like what?"

"Menyangkal jikalau twins adalah anak kita"

"Its up to me"

"Kalau begitu baiklah. Teruslah menyangkal sekuat yang kamu bisa karena pada kenyataannya darah keturunanku mengalir deras didalam tubuh mereka"

Suasana di sekitar pasangansuami-istri itu terasa memanas.

"Aku tidak peduli dengan hal itu. Yang terpenting twins belum dan tidak akan pernah kubiarkan untuk mengetahui siapa ayah kandung mereka" tutur Aleisha tajam yang disambut dengan tawa oleh Reynhard.

"Kau salah sayang..." Aleisha mengernyitkan dahinya.

"King sudah tahu jika aku lah ayah kandungnya" sambung Reynhard gamblang.

Deg

Jantung Aleisha layaknya berhenti berdetak setelah mendengar pernyataan suaminya barusan.

"Omong kosong"

"Aku tidak akan pernah percaya dengan perkataan yang keluar dari mulutmu itu" sangkalnya.

"Terserah kau saja. Waktu pasti akan membuktikan kebenaran ucapanku"

Senyum miring terpatri di wajah bersih Aleisha.

"Tidak perlu menunggu waktu karena aku sangat yakin jika ucapanmu itu sepenuhnya salah" cakap Aleisha penuh percaya diri.

Reynhard hanya mengangutkan kepala sebagai tanggapan. Ia tahu tak ada gunanya terus melawan watak istrinya yang keras kepala.

"Sekarang pergilah dari sini!. Aku sangat muak melihat wajahmu"

"Pasti. Aku pasti pergi sayang... namun sebelum itu ketahuilah!"

"Aku berani bersumpah jika kamu masih mencintaiku sampai detik ini"

"Mulutmu mungkin berkata sebaliknya tapi hati kita yang selalu terhubung tak dapat berbohong" lanjutnya menegaskan.

Aleisha melirik malas. Ia kemudian menyaut.... "Keep dreaming"

Brak






























To be continued

Amour (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang