Part 8

42.8K 2.3K 12
                                    

Happy Reading
Don't Forget to Comment and
Vote

~~00~~

~~00~~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



















Pitié-Salpêtrière Hospital.

Geraldo Family, bersamaan dengan King saat ini sedang menunggu kabar dari Queen di luar ruangan dengan perasaan cemas.

Mereka sudah menanti sejak 2 jam yang lalu tapi dokter belum juga keluar untuk memberikan kabar terkini tentang keadaan Queen.

King duduk sendirian di kursi yang paling dekat dengan pintu ruangan. Remaja tampan itu terus saja menangis sedari tadi. Ia merasa takut.

Segala pikiran negatif perihal keadaan Queen seakan menyerang kepalanya. Saudari kembarnya itu adalah kelemahan terbesar bagi King.

Berbeda dengan kembaran Queen, seluruh anggota keluarga Geraldo menunggu di samping ruangan dengan posisi berdiri. Mereka juga merasa khawatir saat ini.

Tidak berselang lama, terdengar suara pintu ruangan terbuka...

Ceklek

Seorang pria dengan pakaian dokternya keluar dari UGD. Baru saja ingin membuka suara, dokter itu langsung di serang pertanyaan dari King yang terlihat sangat berantakan.

Keluarga Geraldo juga ikut mendekati dokter yang diketahui bernama Brian itu.

"Bagaimana keadaannya dok?" tanya King menggebu.

Dokter Brian merasa sedikit terkejut kala netranya menangkap anggota keluarga Geraldo yang berdiri tepat di depan nya. Ia bahkan sampai tak menghiraukan pertanyaan King.

"Apa yang mereka lakukan disini?"

Tak lama ia segera menetralkan raut wajahnya. Dokter Brian menatap King.

"Maaf sebelumnya. Kalau boleh tahu apa hubungan anda dengan pasien?"

"Saya saudara kembarnya dok."

"Apakah orang tua kamu ada disini?"

King menggeleng. "Tidak ada dok. Tapi tadi saya sudah mengabari Mommy saya dan beliau akan segera datang."

"Baik. Jadi begini, kondisi nona Queen saat ini cukup mengkhawatirkan karena dia sedang pada masa kritis. Hal ini disebabkan banyaknya luka ditubuh nona Queen terutama dibagian kepala yang membuat ia kehilangan banyak darah" ujar Brian menjelaskan panjang lebar pada King dan keluarga Geraldo.

"Lalu bagaimana dok?"

"Yang harus dilakukan sekarang adalah mecarikan pendonor. Nona Queen sangat membutuhkannya. Golongan darah nona Queen adalah AB+ dan itu cukup langka. Berhubung di rumah sakit ini stok untuk golongan tersebut kosong, saya membutuhkan pendonor untuk nona Queen secepatnya."

Mendengar penjelasan Dokter Brian membuat King semakin kalut. Tanpa pikir panjang ia menawarkan diri.

"Dok biar saya yang mendonorkan. Golongan darah saya sama dengan Queen."

"Maaf, tapi saya tidak yakin jika kamu memenuhi syarat. Saya membutuhkan satu orang lagi untuk mendonorkan darahnya."

Hening menyapa barang sejenak. Sesaat kemudian suara seseorang terdengar.

"Biar saya saja dok." saut Reynhard tiba-tiba membuat semua orang menatap kearahnya.

"Apa maksudmu Reynhard?" kini Devi yang bersuara.

"Kenapa ma?. Golongan darahku sama dengan gadis itu, tidak ada salahnya bukan?"

Devi diam. Dia merasa bingung sebab tidak biasanya Reynhard mau membantu orang lain dengan begitu mudahnya secara langsung. Tapi sekarang lihatlah, putranya sendiri yang malah menawarkan diri.

Sebenarnya ada hal lain yang membuat Reynhard mau mendonorkan darahnya. Selain karena bertanggung jawab, ia merasa ada yang aneh dengan perasaannya ketika berada di dekat kedua remaja kembar tersebut.

Reynhard merasa hangat dan nyaman saat melihat wajah keduanya. Entah kenapa, yang pasti ia ingin menjadi pendonor untuk korban dari ketidaksengajaan sopirnya itu.

"Apakah anda yakin tuan?" tanya Brian pada Reynhard. Bukan apa, orang yang akan mendonorkan darahnya ini pasalnya tak sembarangan.

"Saya yakin."

"Baiklah kalau begitu. Sebelum pendonoran darah, silahkan tuan Reynhard masuk terlebih dahulu untuk periksa. Setelahnya baru tuan King bergantian."

Keduanya mengangguk.

"Mari tuan!" tutur Brian mengajak Reynhard masuk kedalam ruang pemeriksaan, sedangkan King dan anggota keluarga lainnya kembali menunggu di luar.

Dave mendekat ke arah King. "Nak?"

"Iya?"

"Apa orang tuamu masih lama?" tanya Dave pada King sembari menatap wajah yang mengingatkannya akan Reynhard di masa remaja itu.

King mengusap rambutnya yang berantakan."Saya tidak tahu tuan. Mommy tadi bilang akan segera datang."

"Kala-"

"Tuan Kingzairo." panggil seorang suster tiba-tiba menghentikan ucapan Dave.

King menyaut. "Saya."

"Silahkan masuk!. Pendonoran akan segera dimulai setelah anda melakukan pemeriksaan. "

"Baik sus." Remaja dengan tinggi semampai itu beralih menatap Dave.

"Maaf tuan." ujarnya tak enak hati.

"Tidak apa-apa nak. Masuklah!" suruh Dave.

King mengangguk. "Permisi." ijinnya berlalu masuk kedalam.

Menit demi menit terlampau. Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara langkah kaki seseorang.

Seluruh anggota keluarga Geraldo mengalihkan atensi mereka ke arah suara tabrakan antara high heels dengan lantai tersebut.

Deg





Deg

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















To be continued

Amour (REVISI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang