19. Kisah di Kafetaria

1K 299 451
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Menjelang jam makan siang, cafetaria kampus ramai dipenuhi para mahasiswa. Meja-meja sudah terisi penuh. Renjani yang hendak mengisi perut dan berniat membeli semangkuk bakso kini dibuat kebingungan karena tidak ada tempat duduk yang kosong.

Menghela nafas frustasi, ia hendak berbalik pergi. Namun langkahnya mendadak berhenti saat netranya tak sengaja menangkap sosok Aksa tengah makan di kedai bakso.

Perempuan itu mengurungkan niat untuk tidak jadi pergi dari sana. Menyunggingkan senyum merekah, ia perlahan menghampiri Aksa.

"Siang, Kak Aksa!"

Aksa yang tengah sibuk melahap baksonya tidak menggubris kehadiran Renjani. Dia bahkan tak menatap wajahnya langsung.

"Makan aja ganteng banget. Emmm, mau aku temenin?"

"..."

Lagi-lagi Aksa memilih bungkam dan bahkan tidak menghiraukan. Pemuda itu memilih fokus menyelesaikan makanannya.

Renjani tersenyum masam ketika mendapati respon Aksa yang begitu dingin, tak mau lama-lama berdiri---karena perutnya yang memberontak minta diisi---perempuan berambut sebahu itu memutuskan untuk memesan bakso seperti apa yang ia sudah rencanakan.

Sekitar sepuluh menit mengantri sambil sesekali melirik Aksa---karena takut jika pemuda itu pergi terlebih dahulu akhirnya Renjani mendapatkan semangkuk bakso yang ia idamkan.

Namun saat hendak berbalik pergi, tiba-tiba saja seorang lelaki muncul di hadapan Renjani, membuatnya tanpa sengaja menyenggol gelas yang dipegang lelaki tersebut. Renjani terhenyak beberapa saat ketika air merembes ke pakaiannya.

"Anjing!" seru lelaki itu saat menyadari gelas minumannya tergeletak di lantai dengan isi yang tumpah ruah.

"Maaf, gak sengaja." Renjani jadi merasa tidak enak, walaupun ini bukan sepenuhnya ia yang salah. Perempuan itu menaruh mangkok baksonya ke meja dan mengambil gelas yang jatuh.

"Punya mata gak?" lelaki itu mendesis tajam, raut wajahnya begitu kesal. Ia lantas membersihkan kausnya yang ikut ketumpahan air sambil terus mendumel.

"Ya udah, maaf. Saya ganti uangnya."

"Bukan masalah uangnya, gue itu udah ngantri lama buat dapetin minuman itu. Dan lo seenaknya begitu?"

Renjani berkacak pinggang, dia sedari tadi sudah berusaha sabar menghadapi tingkah pemuda di depannya, bahkan tak sungkan untuk ganti rugi. Tapi lelaki itu malah terus memarahinya, "Mas? Saya ini berniat ganti rugi loh. Lagian tadi bukan sepenuhnya salah saya. Tiba-tiba aja Masnya ada di belakang waktu saya berbalik. Ini kan gak disengaja."

"Makanya kalo jalan tuh liat-liat! Dasar cewek urakan!"

Mendapati umpatan itu, Renjani sukses dibuat mengernyit heran, "Maksudnya apa ya?"

Titik Nol Kilometer Yogyakarta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang