36. Rajendra Bersuara

1K 275 423
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Pagi itu awan hitam bergerumul, langit kembali mendung. Suasana Coafe Hype sunyi, gugup dan canggung sebab Rajendra benar-benar mengumpulkan beberapa orang yang bersangkutan untuk diberi penjelasan, pemuda itu juga berniat menyelesaikan satu persatu kesalahpahaman yang masih terjadi sampai sekarang.

Coafe Hype sengaja ditutup hanya untuk hari ini. Kursi-kursi dijejer melingkari satu meja yang cukup besar, segelas teh hangat yang dihidangkan rupanya tak mampu mengalahkan hati para insan yang membara di sana.

"Selama bertahun-tahun terakhir, saya menahan diri untuk bungkam, hingga saya sadar, bahwa saya telah bertindak paling jahat dengan membiarkan sahabat saya, Maheesa Partha harus menanggung kesalahan yang bahkan tidak dia perbuat sama sekali."

Jaki, Jayden, Juanda, Satya, Sean begitu juga Riki menyimak pembicaraan dengan khidmat. Sementara Renjani dan Ibu Shana sedang merasa was-was, tapi di sisi lain, Nadira serta Andra memilih tak acuh mendengar ucapan Jendra. Mereka seolah berada dalam kubu kontra.

"Disalahkan atas apa?" Renjani membuka suaranya, diam-diam mengigit bibir gelisah.

"Kematian Varshana Ayudia, putri dari seorang wanita yang ada di sebelah kamu dan adik perempuan dari seorang pria yang ada di depan kamu, Andra namanya."

Kembali terbesit dalam pikiran Renjani tentang berita dikoran yang pernah Maheesa sodorkan padanya, sebuah insiden kecelakaan yang menewaskan seorang siswi perempuan. Renjani tentu masih mengingat namanya, Varshana.

"Punya bukti apa kamu kalau Maheesa bukan penyebab kematian Shana? Jelas-jelas dia ada di sana saat kejadian berlangsung. Dan fakta bahwa malam itu adik saya sedang mengemis cinta pada pemuda bajingan kayak dia. Hati abang mana yang gak dendam?" Andra segera berkilah dengan memberikan argumen tidak setujunya.

Seolah setuju dengan Andra, Nadira memberikan pembelaannya, "Maheesa jelas-jelas selingkuh dari Shana. Mau bukti? Gue saksinya, gue lihat dengan mata kepala gue sendiri waktu gimana Shana diselingkuhin, disakitin. Tapi apa? Shana dengan keyakinannya tetap memilih bertahan sama Maheesa walaupun hatinya terluka. Gue yang kenal dia dari kecil, gue tahu dia gak akan mau sebodoh itu gara-gara cinta jika bukan karena Maheesa. Shana jelas-jelas sudah kelewat cinta sama dia sampai dibutakan. Andai saja malam itu Shana gak bertemu sama Maheesa, dia pasti masih hidup sampai sekarang!"

"Nadira, pikiran kamu terlalu sempit. Jangan berpatok pada kata seandainya, sebab yang sudah terjadi memang takdir. Mau bagaimanapun nantinya, batas waktu umur Shana memang sampai di situ, entah jika Maheesa bukan orang yang bersama dia terakhir kali, karena kecelakaan itu akan tetap terjadi, tak melihat situasi." kata Rajendra.

"Selama empat tahun terakhir, kalian hanya menyalahkan Maheesa, 'kan? Apa kalian gak tahu bahwa ada orang lain yang jelas-jelas terlibat selain Maheesa dan Varshana?"

Mereka diam membisu. Waktu terasa berjalan lebih melambat, benang-benang kusut tak menemukan jalan keluar.

Jaki melipat bibirnya gelisah, seperti ada hal yang ingin dia katakan. Meski awalnya ragu, ia menarik nafas sejenak dan akhirnya Jaki membuka suara.

Titik Nol Kilometer Yogyakarta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang