12. Latar Belakang Si Bungsu

1.3K 363 216
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

Bagi Riki, keluarga adalah hal yang bisa membuat hidupnya terasa lebih utuh. Namun, bagaimana jika arti "keluarga" itu sendiri adalah tentang pindah dari rumah satu ke rumah yang lain?

Ya, sebagai anak adopsi, Riki telah mencicipi berbagai macam pola asuh. Dari orang tua satu ke orang tua lain, dari mereka yang punya adat tradisi sendiri sampai mereka yang menjalani prinsip hidup bebas asal tidak melanggar aturan.

Dulu, Riki tidak tinggal di Jogja. Awal mula hidup dan kota kelahirannya adalah Solo. Dia juga pernah diboyong ke Jakarta sekitar kurang lebih hanya satu tahun, itu pun waktu dirinya menginjak umur sepuluh. Selama di Jakarta, Riki lumayan kesulitan untuk beradaptasi dengan lingkungannya. Jakarta, yang notabenenya adalah ibukota---jelas punya suasana yang berbeda.

Jangka waktu adopsi yang ketiga kalinya itu ternyata tidak berjalan lama, orang tua angkat Riki kala itu punya konflik berat yang memutuskan mereka untuk berpisah. Tentu, Riki bukan anak kandung, jadi untuk apa dipertahankan, untuk apa di asuh lagi. Mereka hanya ingin mengisi kekosongan dalam keluarga mereka. Tanpa mereka tahu, Riki juga butuh itu.

Tidak apa-apa, toh bagi Riki pengalaman itu sudah berkali-kali terjadi.

Untuk kesekian kalinya, dia masih berharap apakah keluarga yang kali ini akan bisa mempertahankan dirinya lebih lama?

Orang tua angkat yang sekarang inilah yang membawanya ke Jogja. Tempat yang Riki harap bisa disinggahinya sampai tua nanti.

Jogjakarta bagi Riki adalah tempat yang paling terbaik selama dia singgah. Apalagi semenjak bertemu Sean dan yang lain. Hidup yang awalnya terasa monokrom mulai lebih berwarna.

Hingga pada hari itu adalah hari yang terburuk selama lima belas tahun Riki hidup. Hari pertama pindah ke Jogja dan sekaligus hari yang berduka.

Bukannya disambut dengan baik, kehadiran Riki justru dianggap petaka.

Kematian sang nenek yang bahkan belum ia kenali lebih dekat.

"Lo itu pembawa sial! Gara-gara lo, nenek kita meninggal. Pantes selama ini lo dibuang."

"Pantes selama ini lo dibuang."

"Selama ini lo dibuang."

"Lo dibuang."

Riki mengeratkan pegangan pada koper yang ia bawa. Ucapan itu membuatnya tak bisa berkutik. Sebenarnya apa yang terjadi? Dia baru menginjakkan kaki dua langkah namun ini yang didapatnya.

Titik Nol Kilometer Yogyakarta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang