21. Peliknya Jadi Dewasa

1K 314 501
                                    

•••

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••

"Ayah?"

Pemuda itu berbisik lirih begitu melihat sang ayah ada di depan matanya---bersama wanita lain yang entah siapa.

Dengan perlahan namun pasti, Jaki melangkahkan kakinya mendekati sang ayah, ia tentu berusaha keras untuk tidak meluapkan emosi apalagi ketika netranya dengan jelas melihat wanita itu menggelayuti lengan ayahnya penuh manja.

Bermenit-menit lamanya, mereka semua terdiam. Maheesa dan yang lain sedikit menjauh---berinisiatif untuk memberi ruang privasi agar anak dan ayah itu berbicara satu sama lain guna menyelesaikan masalah yang kian mendera.

Sama seperti Jaki, sang ayah juga terdiam membisu tapi gelagatnya tak bisa membohongi, sesekali pria tua itu terlihat canggung dan menghindari kontak mata. Ia tentu malu sebab kepergok basah oleh anaknya sendiri.

"Selama ini, ayah kemana aja?"

Tanpa menjawab pertanyaan Jaki, pria itu melepaskan tangan selingkuhannya dengan kasar. Sang wanita terkejut, lantas dia bertanya dengan nada yang sedikit naik, "Apa-apaan sih kamu, Mas? Mending kita pergi aja dari sini."

Namun pria itu tak menggubris perkataan sang wanita, dia justru menarik tangan Jaki dan hendak menariknya pergi, "Nak, kita bicarain ke tempat lain." Jaki pelan-pelan mengangguk setuju.

Meninggalkan wanita tersebut, Jaki dan ayahnya memilih untuk pergi keluar dari Coafe Hype. Jayden dan yang lain saling berpandangan, mereka sibuk bertanya-tanya perihal apakah yang akan terjadi di antara ayah dan anak itu?

Sedangkan wanita yang ditinggal seketika diliputi rasa malu sebab menjadi pusat perhatian, ia menutupi wajahnya dengan tas dan segera berlari keluar---membuat Maheesa dan yang lain mengumpat beramai-ramai.

•••

"Ayah bisa jelasin ini semua?" menatap wajah ayahnya dengan rasa penuh kecewa, Jaki berusaha memberi kesempatan bagi beliau untuk menjelaskan kenapa dan apa alasan ayahnya berbuat seperti itu. Meninggalkan emosinya yang kian menggebu-gebu, dia berusaha untuk menetralkan pikirannya dengan kepala yang dingin.

Mereka berdua kini tengah berada di rumah. Jika kalian bertanya bagaimana keadaan sang mama, beliau tengah tidur di kamarnya.

"Seharusnya ini bukan tanggung jawab Jaki untuk mencampuri urusan orang-orang dewasa. Khususnya masalah rumah tangga Ayah, tapi untuk kondisi seperti ini apakah Ayah gak kasihan sama Mama? Hanya karena beliau sudah gak waras, bukan berarti Ayah bisa berperilaku seenaknya seperti ini. Jaki cuma pengen Ayah bertanggung jawab, itu aja. Kalau masalah biaya kuliah, Jaki mampu cari uang sendiri, Ayah gak usah khawatirin Jaki."

"Rumah makin berantakan waktu Ayah tiba-tiba pergi tanpa kabar. Jaki sempet tanya ke temen-temen Ayah tapi mereka cuma diam. Ayah gak pernah tahu gimana hancurnya Jaki ngelewatin ini semuanya sendiri. Jaki masih butuh bimbingan atau bahkan sekedar pelukan dari orang tua sebagai penyemangat. Jaki masih butuh kalian. Semakin dewasa rasanya semakin tercekik, Yah."

Titik Nol Kilometer Yogyakarta ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang