•••
Hari-hari selanjutnya semakin tidak tentram. Mulai dari bagaimana Karin menganggu Maheesa dan Shana yang asyik menikmati waktu mereka berdua. Entah di kantin atau di perpustakaan. Shana awalnya tidak keberatan, toh, Karin hanya ingin berteman dengan mereka. Awalnya ia masih bisa berpikir positif, tapi lama-kelamaan semakin aneh dirasa.
Sehabis pelajaran olahraga, Shana selalu menunggu Maheesa di pinggir lapangan dengan sebotol air mineral. Ia sudah hafal kelas olahraga Maheesa Partha---yang notabenenya kakak kelas. Maka setiap jam istirahat, Shana akan menghampiri Maheesa dan memberikannya sebotol air mineral, terkadang juga handuk kecil.
Shana suka sekali menonton Maheesa bermain bola basket, pemuda itu tak hanya jago dalam bermusik tapi juga bisa dalam bidang olahraga. Seorang Maheesa, dibilang punya banyak kemampuan.
Tapi hari itu, segalanya menjadi berubah.
Saat Shana hendak menghampiri Maheesa ke tengah lapangan, langkahnya terhenti. Ia melihat dengan jelas bagaimana Karin terlebih dahulu memberikan sebotol air mineral yang seharusnya sudah jadi kebiasaannya.
Dan Maheesa, terlihat meminumnya bahkan sempat berterima kasih.
Mana mungkin Shana tidak merasa cemburu?
Sedangkan Maheesa yang mulai menyadari kehadiran Shana berbisik pelan ke arah Karin yang sepertinya sedang merasa sangat puas. "Ini rencana kamu, Rin?" ujar pemuda itu dengan nada menggertak.
"Baru permulaan, Maheesa. Kemarin aku sudah kasih kamu dua opsi, dan kamu memilih start untuk bermain. Jadi, sekarang nikmatilah. Poin satu kosong." setelah mengatakan itu, Karin berlalu pergi. Ia sempat berpapasan dengan Shana dan melayangkan senyum. Shana yang tak tahu apa-apa hanya bisa membalas dengan senyuman pula.
Maheesa segera menghampiri Shana dengan peluh bercucuran. Melihat itu, Shana cekatan menyodorkan handuk kecil ke arah Maheesa. "Maaf ya Kak, baru samperin kamu. Sampai keduluan tadi, hehe."
Maheesa paham betul Shana tengah menaruh cemburu. "Nggak usah minta maaf, gak apa-apa. Makasih ya, soal tadi lupain aja. Karin tiba-tiba samperin aku terus dia nyodorin air mineral. Tadi mau nolak tapi gak enak. Lain kali aku gak akan terima air mineral kalau bukan kamu yang kasih."
Shana sempat tergelak. "Astaga, gak harus sampai begitu juga. Kan niat Karin baik biar kamu gak kehausan. Aku tahu dia orang baik, Kak, Karin sepertinya pengen jadi teman dekat kita."
Ah, andai kamu tahu, Shan.
Benar kata Karin kalau ini baru permulaan. Karena selanjutnya yang akan terjadi lebih parah dari perkiraan Maheesa.
Saat itu Maheesa dan Shana tengah menikmati bakso yang mereka beli di kantin sekolah, tiba-tiba saja Karin datang dan langsung duduk di samping Maheesa. Shana sempat merasa risih, tapi dia tidak menunjukkannya secara langsung. Karin yang punya niat awal menganggu mereka semakin menjadi-jadi. Ia malah menggeser posisi badannya lebih dekat dengan Maheesa. "Enak ya baksonya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Nol Kilometer Yogyakarta ✓
Teen Fiction[SUDAH DIBUKUKAN] ❝Semenjak kamu pergi, definisi rumah yang hangat juga ikut menghilang. Tidak ada lagi yang memberi tempat berteduh kala hujan desember datang, tidak ada lagi yang mengobati goresan lukaku dengan plester cokelat muda yang selalu kam...