•••
Karin Pradipta, barangkali namanya terdengar memuakkan. Tapi sebelum itu, mari sini kuceritakan sedikit tentang perjalanan hidupnya. Agar kalian bisa menilai sendiri dan menemukan jawaban mengapa ia begitu terobesi pada Maheesa Partha.
Terlahir sebagai anak bungsu dari dua bersaudara nyatanya membuat Karin tak bisa lepas dari sosok kakak laki-lakinya.
Namanya, Keenan Pradipta.
Mereka terpaut jarak dua tahun, sama-sama terlahir di bulan April. Lucunya, tanggal lahir mereka hanya selisih satu hari, bisa dikatakan kelahiran Karin sebagai hadiah bagi Keenan yang menginjak umur dua tahun kala itu.
Tumbuh dan berkembang dalam keluarga yang harmonis serta berkecukupan secara finansial membuat mereka seringkali dicap sebagai manusia yang hidupnya terlihat begitu sempurna.
Memang benar. Tapi tak bertahan lama. Sayangnya hanya bertahan sampai Karin menginjak umur 15 tahun.
Keenan yang saat itu berumur 17 tahun terlibat tawuran antar pelajar. Masa-masa remaja yang penuh dengan rasa penasaran dan adrenalin kuat mampu membuatnya terjerumus dalam hal yang tak sepatutnya ia coba.
Mungkin bukan pertama kali Keenan ikut tawuran, beruntung percobaan pertama dan kedua baik-baik saja, walaupun ia pulang membawa luka sabetan disebagian tubuhnya dan berakhir mendapat hukuman; tidak boleh bermain di luar, tanda kutip, "bersama teman-teman yang membawa akibat buruk" selama beberapa bulan dengan syarat tak akan mengulangi perbuatan yang sama. Itu hukuman dari papa mama mereka.
Tapi nyatanya, keberuntungan tak selalu hadir. Apalagi ketika aturan malah ditentang. Mungkin anak jaman sekarang dengan enteng bilang, "larangan adalah perintah". Mereka terlalu menyepelekan tanpa mau tahu akibat yang bisa ditimbulkan.
Kabar buruknya, Keenan meninggal saat mengikuti tawuran, setelah mengalami luka bacok di kepala dan beberapa tulang yang retak akibat pukulan senjata tumpul. Ia tidak sempat diselamatkan karena pendarahan yang hebat.
Kematian Keenan mampu membuat hidup Karin terguncang. Seorang kakak yang senantiasa memberinya sebungkus cokelat kacang, mengajaknya pergi ke pantai untuk mencari berbagai macam bentuk kerang, atau mungkin seorang partner berperang bantal saat tengah malam kini telah pergi. Meninggalkan ia sendiri, menjadi anak tunggal yang kesepian.
Hidup yang terlihat sempurna kini berbalik 180° usai kematian Keenan, terjadi kerenggangan hubungan antara papa dan mamanya. Mereka saling menyalahkan satu sama lain atas ketidakbecusan mendidik anak. Sang papa bersikeras menyalahkan mama karena lalai mengawasi pergaulan anaknya. Sang mama berbalik menuduh papa tak bisa tegas pada Keenan dan terlalu memanjakannya dengan memberi berbagai fasilitas mewah, dalam artian, kebebasan penuh melakukan apa saja. Tak ada titik terang antar mereka berdua, mereka sibuk berdebat dan bertengkar hingga lupa jika masih ada Karin di antara keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Titik Nol Kilometer Yogyakarta ✓
Teen Fiction[SUDAH DIBUKUKAN] ❝Semenjak kamu pergi, definisi rumah yang hangat juga ikut menghilang. Tidak ada lagi yang memberi tempat berteduh kala hujan desember datang, tidak ada lagi yang mengobati goresan lukaku dengan plester cokelat muda yang selalu kam...